Yulia Sapthiani & Sarie Febriane
Camilan atau makanan ringan, yang jarang diperhitungkan, bisa menginterupsi hidup orang-orang sibuk di kota. Tak jarang sambil bekerja, dengan ringan tangan kita meraih camilan lalu mengunyahnya, terus dan terus....
Sambil memandang layar komputer dan mengecek pekerjaan, tangan kanan Isai (26) meraba plastik pembungkus kue yang ada di mejanya. Kue dengan rasa abon itu dikeluarkan dengan satu tangan, lalu dinikmati karyawan sebuah perusahaan pengelola lembaga pendidikan di Jakarta ini tanpa memalingkan pandangan dari komputer.
Di kantor-kantor sampai muncul istilah ”memamahbiak” untuk menyebut aktivitas ngemil yang superaktif. Perut Isai, misalnya, sebenarnya tidak terlalu lapar. Baru sekitar dua jam sebelumnya Isai menyantap makan siang yang dia bawa dari rumah. ”Setelah makan siang justru termasuk jam rawan, jamnya ngantuk. Jadi, untuk menghilangkan ngantuk, saya ngemil,” katanya.
Selain kue rasa abon, Isai juga menyimpan roti, keripik singkong pedas, dan kerupuk mi di laci mejanya. Semuanya dibeli di minimarket yang disinggahi sebelum tiba di kantor.
Teman Isai, Chrysti (31), juga punya camilan yang dia simpan di lemari. Chrysti bahkan pernah menyimpan satu bal (plastik berukuran besar) keripik rasa bawang sebagai persediaan. ”Tetapi sekarang stoknya sudah berkurang. Saya sudah mengurangi camilan,” kata Chrysti.
Ngemil
Camilan juga menjadi item yang tak pernah dilupakan saat akan melakukan perjalanan. Risya (62), seorang ibu rumah tangga yang tinggal di Bandung, misalnya, selalu membawa sekantong plastik berbagai makanan kecil untuk dinikmati dalam perjalanan ke luar kota.
Kacang, manisan kering, roti, hingga tahu goreng adalah beberapa kudapan yang pernah dibawa oleh Risya sebagai bekal, termasuk dalam perjalanan yang hanya memakan waktu 1-2 jam.
”Rasanya enggak enak kalau hanya diam selama di jalan. Lebih enak ngemil,” kata Risya.