Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Salah Kaprah: Mi Instan Ditakuti, Mi Lain Digemari

Kompas.com - 20/06/2012, 17:11 WIB

Salah satu bahan tambahan yang diatur adalah nipagin (methyl p-hydroxybenzoate) yang berfungsi sebagai pengawet dengan batas maksimum penggunaan. Selain Nipagin, ada beberapa jenis pengawet lain yang diizinkan BPOM untuk digunakan dalam mie instan misalnya asam benzoat dan propeonat. Methylparaben nama teknisnya methyl p-hydroxybenzoate (disebut juga methyl parahydroxybenzoate) juga terdapat dalam makanan instant dan makanan lainnya. Untuk makanan seperti mie instan, asalkan tidak melebihkan kadar maksimum yang ditentukan Badan POM, yakni 250 mg per kg.

Waspadai pada anak

Sebagai manusia modern di masa depan takkan pernah terlepas dari pengaruh bahan kimia yang merugikan bagi organisme hidup. Bahan kimia tersebut dalam jumlah dan jenis tertentu akan saling berinteraksi dengan suatu cara-cara tertentu untuk menimbulkan respon pada sistem biologi yang dapat menimbulkan kerusakan pada sistem biologi tersebut. Salah satu unsur toksikologi adalah agen-agen kimia atau fisika yang mampu menimbulkan respon pada sistem biologi. Selanjutnya, cara-cara pemaparan merupakan unsur lain yang turut menentukan timbulnya efek-efek yang tidak diinginkan ini. Tetapi mekanisme tubuh sudah demikian sempurna. Berbagai zat berbahaya tersebut dalam jumlah tertentu dapat dibuang ke luar tubuh manusia melalui organ hati sebagai alat detoksifikasi tubuh manusia.

Bahaya bahan paparan bahan makanan tersebut sangat tergantung dari jenis bahan, jumlah paparan dan kondisi setiap individu. Dalam jumlah tertentu dan bahan tertentu tubuh masih bisa mentolerir. Tetapi pertanyaannya, seberapa banyak jumlah tertentu tersebut aman dapat dikonsumsi. Hal ini sulit dijawab karena banyak faktor yang berpengaruh dan belum ada data ilmiah yang menunjukkan efek samping jangka panjang bahan pengawet tersebut. Sehingga rekomendasi untuk tidak mengkonsumsi mi instan berlebihanpun selalu dikemukakan. Hal ini wajar terjadi karena berbagai konsumsi makanan lainnya pun selalu ada batas toleransi jumlah yang harus dikonsumsi seperti alkohol, kopi, atau makanan tertentu lainnya. Dalam jumlah berlebihan makanan tertentu akan mengganggu tubuh manusia.

Kondisi tubuh setiap individu juga sangat berpengaruh. Pada manusia sehat pada umumnya mungkin zat pengawet tersebut tidak terlalu berdampak karena sistem tubuh yang baik dapat mengeliminasi dan mengeluarkan zat kimia tersebut dalam tubuh. Tetapi pada penderita tertentu khususnya usia anak, sistem tubuhnya tidak berjalan sempurna, sehingga zat kimia tersebut sulit dibuang dari tubuh dan akan tersimpan dan menganggu fungsi tubuh lainnya.

Hal ini harus diwaspai pada usia anak dengan gangguan saluran cerna seperti hipermeabilitas Intestinal atau dikenal dengan Leaky Gut Syndrome. Gangguan hipersensitifitas saluiran cerna ini biasanya terjadi pada penderita alergi makanan, seliak, intoleransi makanan, penderita Autism, ADHD dan berbagai penderita gangguan metabolisme lainnya. Pada gangguan hipersensitivitas saluran cerna tersebut terjadi ketidakmatangan saluran cerna. Pada penderita seperti ini sebaiknya lebih mewaspadai penggunaan bahan pengawet termasuk mi instan. Gejala gangguan hipersensitifitas saluran cerna yang harus diwaspadai adalah gangguan BAB berupa kesulitan atau sering buang air besar. Gejala saluran cerna lainnya adalah mudah muntah, nyeri perut, mulut berbau, sering kembung, sering buang angin, air liur berlebihan, lidah sering kotor dan putih dan berbagai gejala lainnya.

Berbagai berita yang menghebohkan tersebut sebenarnya bila dikaji dengan fakta ilmiah yang ada tidak seperti yang dikhawatirkan. Bahaya dan efek samping bagi tubuh akibat pengaruh methyl p-hydroxybenzoate dan benzoic acid bagi tubuh secara jangka panjang sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti. Beberapa opini yang menyebutkan bahwa mi instan menyebabkan pemotongan usus, penyebab kanker dan berbagai hal menyeramkan lainnya tersebut sampai sekarang juga masih belum ada bukti ilmiah yang menyebutkannya. Kalaupun opini tersebut muncul mungkin saja hanya berdasarkan hipotesa beberapa klinisi yang belum terbukti. Hanya terdapat laporan ilmiah bawa konsumsi berlebihan dapat mengganggu lambung. Fenomena ini juga terjadi pada fobia pada MSG (monosodium glutamate). Ternyata ketakutan pada MSG juga sampai 100 tahun penggunaannya di dunia hingga sekarang tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa MSG berbahaya bagi tubuh.

Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) menggolongkan methylparaben dalam kategori Generally Recognized as Safe (GRAS). Artinya, bahan kimia ini bisa dan aman untuk digunakan pada sebagian besar produk makanan. Sebagai pengawet makanan, methylparaben memiliki keunggulan dibanding pengawet lain yaitu lebih mudah larut air. Oleh karenanya, senyawa ini sering dipakai karena dinilai lebih aman saat terlibat kontak dengan cairan. Kelebihan lainnya, methylparaben tidak hanya mencegah pertumbuhan bakteri pada makanan instan dan awetan. Lebih dari itu, senyawa ini juga bisa membantu menjaga kestabilan rasa sehingga makanan dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Di dalam tubuh, senyawa ini juga relatif aman karena mudah dimetabolisme. Karena mudah diserap, baik melalui saluran pencernaan maupun kulit, senyawa ini juga lebih cepat dikeluarkan dari dalam tubuh.

Bahan pengawet berbahaya ini justru tampak lebih berisiko sering dijumpai pada mi buatan industri rumahan karena pengawasannya yang lemah dari pihak berwenang. Pengawet berbahaya seperti formalin yang mengancam di sekitar masyarakat justru kesannya sangat diabaikan. Jika kandungan formalin dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat di dalam sel, sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel yang menyebabkan kerusakan pada organ tubuh. Formalin merupakan zat yang bersifat karsinogenik atau bisa menyebabkan kanker. Beberapa penelitian terhadap tikus dan anjing pemberian formalin dalam dosis tertentu jangka panjang secara bermakna mengakibatkan kanker saluran cerna seperti adenocarcinoma pylorus, preneoplastic hyperplasia pylorus dan adenocarcinoma duodenum. Penelitian lainnya menyebutkan pengingkatan resiko kanker faring (tenggorokan), sinus dan cavum nasal (hidung) pada pekerja tekstil akibat paparan formalin melalui hirupan.

Ciri mi yang berbahan pengawet berbahaya dan bahan pewarna berbahaya adalah biasanya mi tampak berwarna kuning terang, kenyal dan keras dan awet sampai beberapa hari. Sebakliknya mi yang tanpa bahan pengawet berbahaya biasanya justru warnanya tidak menarik, pucat, lembek dan lunak.

Halaman Berikutnya
Halaman:

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau