Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seberkas Kebahagiaan dari Aksi Sosial

Kompas.com - 03/10/2012, 03:11 WIB

Alhamdulillah, sampai juga saya di sini,” ujar Inak Senep (70), warga Lingkungan Karang Pule, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, begitu tiba di halaman Pondok Bersalin Desa Karang Pule. Dengan tubuhnya yang bungkuk, dia tampak kelelahan, napasnya terengah-engah setelah berjalan sekitar 500 meter dari rumahnya ke Kantor Polindes itu, Selasa (18/9) pagi.

Anak-anak, remaja, dewasa dan kalangan tua, baik laki maupun perempuan, yang duduk di kursi antre di halaman pondok bersalin desa (polindes) itu memberi jalan bagi Senep untuk diperiksa lebih dulu. ”Dua bulan ini napas sesak, pinggang saya sakit sekali,” ujarnya kepada dokter yang memeriksanya.

Inak Senep adalah satu dari 800 warga mengikuti bakti sosial pengobatan gratis sebagai rangkaian Kompas Jelajah Sepeda Bali-Komodo, 18-24 September 2012. Bakti sosial ini hasil kerja sama PT Pertamina dengan Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas (DKK).

Di Mataram, bakti sosial digelar di Lingkungan Karang Pule (wilayah kerja Puskesmas Karang Pule), Lingkungan Kampung Banjar (Puskesmas Tanjung Karang), dan Lingkungan Bintaro (Puskesmas Ampenan). Aksi sosial ini mendapat sambutan warga.

”Tumben ada acara begini, kebetulan dua bulan terakhir ini pundak, kaki, dan dengkul bagian kanan saya terasa sakit,” ujar Amak Jabar (80), warga Lingkungan Karang Pule. Karena itu, duda beranak 12 ini terpaksa menggenggam tongkatnya dengan jemari tangan kiri karena jemari tangan kanannya kaku.

Atik (30), warga Lingkungan Kampung Banjar, mendengar adanya pemeriksaan kesehatan dari petugas kelurahan sehari sebelumnya. Beruntung pembantu rumah tangga ini diizinkan tidak masuk kerja oleh majikannya. ”Setelah duduk, mau berdiri, kepala saya pusing, penglihatan saya berkunang-kunang,” kata Atik.

Khitanan

Di Provinsi Nusa Tenggara Barat, aksi sosial itu juga digelar di Kota Bima, berupa pemeriksaan kesehatan dan sunat massal yang dipusatkan di Puskesmas Asakota dan Puskesmas Mpunda, Sabtu (22/9). Di sana pun animo warga cukup besar, terbukti 1.777 warga yang memeriksakan kesehatannya dan 267 anak yang dikhitan.

”Awalnya sekitar 50 anak yang dikhitan, tetapi ternyata animo warga sangat tinggi,” ujar dokter Nuriah Azis, Kepala Puskesmas Asakota. Di kota itu, sunatan biasanya dilaksanakan saat libur sekolah.

Namun, kakak-beradik Yan Imantara (8) dan Maulana Imansyah (7), siswa kelas I dan II sekolah dasar, justru ”bolos” agar bisa dikhitan. Itu dituturkan orangtua mereka, Sirajudin-Sri Hartati, warga Kelurahan Kendo, Kota Bima.

”Semalam Maulana tidak bisa tidur, semangat sekali ingin dikhitan. Begitu azan shalat Subuh, dia bangun, mandi, siap-siap ke puskesmas,” kata Sri Hartati, dengan guratan senang dan bahagia seraya memeluk kedua anaknya. ”Insya Allah, saya undang beberapa tetangga, syukuran kecil-kecilan buat Yan dan Maulana,” kata Sri Hartati.

Kebahagiaan agaknya muncul karena mereka tak mengeluarkan biaya khitan (Rp 150.000 per anak, berikut acara pestanya). Apalagi sumber nafkah dari Sirajudin sebagai tenaga honorer pada sebuah instansi di Pemkot Bima tergolong sangat terbatas. (KHAERUL ANWAR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com