Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 11/10/2012, 16:34 WIB

KOMPAS.com - Merokok bukanlah kebiasaan yang baik bagi kesehatan. Dari sisi kesehatan tidur pun demikian. Merokok dapat mengganggu proses tidur akibat efek nikotin yang bersifat stimulan seperti kopi. Tetapi asap rokok ternyata juga mengganggu saluran nafas hingga memperburuk ngorok hingga sleep apnea.

Sleep apnea atau henti nafas saat tidur adalah gangguan kesehatan yang diderita luas, namun masih belum cukup dikenali masyarakat. Ciri utama sleep apnea, berupa kebiasaan mendengkur masih dianggap hal biasa. Padahal, sleep apnea sudah dikenal menjadi penyebab hipertensi, stroke dan masalah kardiovaskular.

Faktor-faktor resiko sleep apnea antara lain: pria, obesitas, sempitnya saluran nafas, genetik serta bentuk rahang yang tak normal. Kini dikenali satu lagi faktor risiko, merokok.

Gangguan yang konon diderita 16%-33% pria dan 8%-19% wanita ini pada perinsipnya disebabkan oleh saluran nafas yang melemas lalu menyempit saat tidur. Penyempitan ini bisa mengganggu aliran udara, hingga penderitanya mengalami sesak saat tidur. Tubuh pun akan membangunkan otak sementara agar dapat menarik nafas. Sayang, si penderita biasanya dirinya terbangun-bangun sepanjang malam hingga ia merasa tak segar ketika bangun.

Dengan kualitas tidur yang buruk, penderita mengalami kantuk berlebihan walau sudah cukup tidur, yang disebut hipersomnia. Tanpa ia sadari, ia semakin mengantuk setiap harinya. Hingga untuk beraktivitas ia membutuhkan stimulan berupa bercangkir-cangkir kopi. Untuk meningkatkan konsentrasi dan menenangkan emosi, pendengkur pun membutuhkan stimulan lain, nikotin! Ia merasa rokok dapat membantunya lebih berkonsentrasi. Sayang, ia tak menyadari bahwa kafein dan nikotin yang tak diatur konsumsinya dapat mengganggu proses tidur di malam hari.

Penelitian

Sekelompok peneliti Korea mencoba melihat lebih dalam hubungan merokok dengan sleep apnea, khususnya dengan tingkat keparahan sleep apnea.

Mereka mengumpulkan 57 penderita sleep apnea yang telah terdiagnosa di laboratorium tidur dan digolongkan berdasarkan derajat keparahan serta banyaknya rokok sehari. Tingkat keparahan sleep apnea dinilai dari indeks gangguan nafas perjam atau  AHI. AHI  kurang dari 5 kali per jam berarti hanya mendengkur tanpa henti nafas, sleep apnea. Ini normal. AHI antara 5-15 kali per jam artinya sleep apnea ringan, AHI 15-30 kali per jam sedang, dan AHI lebih dari 30 per jam adalah sleep apnea berat.

Hasilnya, pada kelompok perokok, 7 persen tergolong sleep apnea ringan, 43 persen sleep apnea sedang, dan 50 persen sleep apnea berat. Merokok terbukti memperparah sleep apnea!

Penelitian yang diterbitkan pada Journal of Clinical Sleep Medicine 2012 ini juga melihat pada lapisan sel saluran pernafasan penderita sleep apnea. Secara histologis, lapisan terluar saluran nafas (lamina propria) yang mengalami kontak langsung dengan asap rokok didapati mengalami penebalan. Lapisan lamina propria perokok didapati lebih tebal dibanding yang tidak merokok. Dan semakin tebal lamina propria, semakin parah juga derajat sleep apnea. Masuk akal, dengan menebalnya dinding saluran nafas, otomatis semakin sempit pula saluran nafas.

Peradangan akibat asap rokok yang panas diduga menjadi penyebab membengkaknya lapisan saluran nafas ini hingga memperburuk sleep apnea. Bukan saja suara dengkuran semakin parah, jauh lebih penting henti nafas semakin parah. Buntutnya rasa kantuk di siang hari pun semakin berat hingga si penderita merasa lebih butuh stimulan berupa kafein dan nikotin. Ini menjadi semacam lingkaran setan yang harus segera diputus.

Jalan terbaik tentu dengan memeriksakan diri dan melakukan perawatan pada sleep apnea. Namun sementara jika Anda atau kerabat mendengkur dan belum berkesempatan memeriksakan diri, cobalah untuk berhenti merokok terlebih dahulu. Kurangi berat badan, tidur dalam posisi miring dan menghindari obat-obatan yang menyebabkan kantuk juga bisa ditambahkan.

Jika hal-hal tersebut sudah dilakukan namun masih mendengkur serta mengantuk berlebihan, segera periksakan diri ke dokter ahli.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com