Siwi Yunita C
Riset yang dilakukan selama 12 bulan itu melibatkan 7.200 anak dari Indonesia, 3.300 anak dari Malaysia, 3.100 anak dari Thailand, dan 2.880 anak dari Vietnam. Responden dari Indonesia terbesar mengingat cakupan wilayah dan persebarannya luas. Ada 96 desa dan kelurahan mulai dari Aceh hingga Papua menjadi lokasi penelitian. Di Indonesia, Seanuts menggandeng Perhimpunan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) untuk riset mereka.
Dari penelitian Seanuts didapatkan bahwa angka malnutrisi anak Indonesia mencapai 22,3 persen. Angka itu merupakan angka rata-rata penelitian di desa dan kota. Dibandingkan dengan tiga negara lain, angka malnutrisi anak Indonesia paling tinggi. Malaysia hanya 8,7 persen, Thailand 8,35 persen, dan Vietnam 16,45 persen.
Jumlah anak berbadan pendek (stunting) di Indonesia mencapai 34 persen. Jumlah itu tertinggi dibandingkan dengan negara lain, Malaysia 8,55 persen, Thailand 6,35 persen, dan Vietnam 12,9 persen.
Jumlah anak berbadan kurus (underweight) mencapai 8 persen. Meski Indonesia lebih baik dibandingkan Vietnam yang mencapai 9,25 persen, tetap kalah dari Thailand yang tinggal 6,3 persen dan Malaysia 5,51 persen.
Sebaliknya, jumlah anak Indonesia yang kegemukan (overweight) dan obesitas terkecil dibandingkan tiga negara lain. Jumlah anak kegemukan di Indonesia 4,05 persen. Adapun Vietnam 11,85 persen, Thailand 9,95 persen, dan Malaysia 9,8 persen. Angka obesitas di Indonesia 4,05 persen, 8,2 persen di Vietnam, 10,25 persen di Thailand, dan 10,45 persen di Malaysia.
Dalam hal pemberantasan defisiensi (kekurangan) vitamin A, Indonesia paling baik. Kasus defisiensi vitamin A dan yodium di Indonesia 0,5 persen. Malaysia 4,2 persen, Thailand 4,45, serta Vietnam 7,7 persen.