Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Hadapi Beban Ganda

Kompas.com - 01/05/2013, 03:43 WIB

Jakarta, Kompas - Studi Beban Penyakit Global (Global Burden Disease) 2010 menunjukkan, stroke, tuberkulosis, dan kecelakaan lalu lintas jadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Kematian akibat penyakit tak menular mulai mendominasi, tapi kematian akibat penyakit menular tetap tinggi.

Penyakit penyebab kematian tertinggi lainnya adalah diare, jantung, dan diabetes. ”Dari pola penyakit, Indonesia pada transisi menuju negara maju dengan pendapatan per kapita lebih tinggi,” kata peneliti dari Universitas Washington, Seattle, Amerika Serikat, Christopher JL Murray, di Jakarta, Selasa (30/4).

Besarnya beban akibat penyakit tidak menular merupakan ciri negara maju. Termasuk kelompok ini adalah penyakit jantung, stroke, diabetes, dan kanker.

Sebaliknya, tingginya beban penyakit menular adalah ciri negara miskin. Penyakit itu antara lain berupa infeksi saluran pernapasan bawah, diare, HIV/AIDS, malaria, dan tuberkulosis (TB).

Dua dekade terakhir, beban akibat kematian atau kecacatan stroke naik 76 persen. Adapun beban kecelakaan jalan raya naik 36 persen.

Periode yang sama, kata Murray, Indonesia berhasil menurunkan 37 persen kematian akibat TB. Namun, TB tetap merupakan penyakit penyebab kematian tertinggi kedua.

Itu menunjukkan masih banyak penderita TB yang tidak terdeteksi dan tidak dirawat dengan baik.

Berbagai faktor

Faktor risiko utama penyebab berbagai penyakit itu adalah buruknya pola makan, tekanan darah tinggi, rokok, polusi udara dalam rumah, kadar gula darah tinggi, dan kurangnya aktivitas fisik. Pola makan buruk yang dianut masyarakat adalah kurang konsumsi sayur-buah, kurang serat, serta tingginya konsumsi garam dan gula.

Meski demikian, Koordinator Unit Kebijakan dan Ekonomi Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Soewarta Kosen mengingatkan perlunya studi serupa per wilayah di Indonesia. ”Pola penyakit di Jawa, Bali, dan Sumatera sudah sama dengan negara maju, tapi di Indonesia timur masih mirip negara miskin,” katanya.

Studi juga menunjukkan, kematian laki-laki di atas 10 tahun secara global lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Kematian laki-laki 1-4 tahun turun 71 persen, tetapi kematian laki-laki usia 35-39 tahun naik 5 persen.

Kondisi itu perlu dicermati. Sebagian besar tenaga kerja Indonesia adalah laki-laki. Laki-laki juga masih penanggung utama beban ekonomi keluarga.

Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi Agus Purwadianto mengatakan, sumber berbagai penyakit itu adalah perilaku. Kemenkes perlu fokus mengubah pola hidup masyarakat melalui upaya promotif dan preventif.

Berbagai dampak penyerta penyakit itu dapat mengganggu produktivitas bangsa. ”Jika pengubahan perilaku tak segera dilakukan, pertumbuhan ekonomi bangsa bisa terganggu,” katanya. (MZW)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com