Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/07/2013, 10:47 WIB

Kompas.com - Sebuah penyakit baru, dikenal sebagai MERS-CoV, singkatan dari Middle East respiratory syndrome coronavirus, berkecamuk di Timur Tengah sejak April 2012. Awal 2013, penyakit ini menyebar ke Eropa, antara lain ke Inggris, Perancis, Jerman, dan Italia. Mengingat bahayanya, akhir Mei lalu WHO mengeluarkan peringatan bahwa MERS-CoV dapat merupakan ancaman seluruh dunia.

Peringatan ini didasari kejadian SARS (severe acute respiratory syndrome) yang menyebar dengan cepat ke berbagai penjuru dunia pada tahun 2002. Namun, ada ilmuwan yang menganggap kejadian MERS-CoV tidak sehebat SARS. Kedua penyakit ini mempunyai persamaan, tetapi ada pula perbedaannya.

Ada dugaan penyakit ini semula bersumber dari hewan, tetapi sampai kini sulit ditelusuri jenis hewan pemicu MERS-CoV pada manusia. Pada September 2012, Ron Fouchier menduga asal virus adalah kelelawar.

Dugaan ini didasari hasil sequencing DNA virus yang mempunyai homologi (kesamaan) tinggi dengan coronavirus pada kelelawar dan babi. Kelelawar dari genus Pipistrelus dapat ditemukan di Timur Tengah, sedangkan babi relatif langka.

Diduga MERS-CoV muncul sejak April 2012 di Jordania. Saat itu ditemukan enam orang dengan gejala gagal pernapasan. Dua orang di antaranya meninggal. Dari kedua orang yang meninggal ditemukan virus yang mula-mula disebut novel coronavirus.

Berikutnya, seorang warga Arab Saudi berumur 60 tahun menderita pneumonia akut dan meninggal pada Juni 2012 karena gagal ginjal. Adalah dr Zaki yang berhasil mengisolasi coronavirus dari orang yang meninggal di Arab Saudi. Untuk identifikasi lebih lanjut, isolat virus tersebut dikirim ke Erasmus Medical Centre (EMC) di Belanda. Kemudian, virus tersebut diberi nama human coronavirus EMC.

Kasus penyakit semacam ini terus meningkat di Arab Saudi hingga berjumlah 44 kasus. Sebanyak 22 kasus meninggal.

Seorang warga Qatar pulang dari berkunjung ke Arab Saudi dengan gejala gangguan pernapasan. Ia kemudian diterbangkan ke London untuk mendapatkan pengobatan. Namun, jiwanya tak tertolong pada 11 September 2012.

Di Inggris, virus yang mematikan itu disebut Saudi SARS. Orang Inggris yang pertama kali tertular adalah seorang pria paruh baya yang baru kembali dari Timur Tengah dan Pakistan. Anaknya yang menjenguk di rumah sakit ikut tertular. Ini menunjukkan bahwa penyakit MERS-CoV dapat menular antarmanusia.

Indikasi penularan antarmanusia juga ditemukan di Italia. Pada 31 Mei 2013, seorang laki-laki berusia 45 tahun yang baru kembali dari Jordania diberitakan terserang MERS-CoV. Esok harinya, seorang perempuan berusia 42 tahun dan anak perempuan berusia 2 tahun yang menengok juga tertular penyakit ini. Ketiga orang Italia tersebut dilaporkan dalam kondisi stabil.

Negara yang juga ditemukan kasus MERS-CoV adalah Perancis, Jerman, dan Uni Emirat Arab.

”Coronavirus”

Baik SARS maupun MERS-CoV disebabkan oleh virus dari genus coronavirus. Virus ini mampu menimbulkan penyakit pada orang, mulai dari gejala flu ringan sampai sindrom pernapasan akut yang bisa berakibat fatal.

SARS menyebar dari China selatan ke Hongkong. Dari Hongkong menyebar ke 37 negara dalam tempo relatif cepat. Antara November 2002 dan Juli 2003, ada 8.273 orang terserang SARS, 775 orang di antaranya meninggal (case fatality rate/CFR 9,4 persen).

MERS-CoV menyebar lebih lambat dibandingkan SARS. Namun, risiko kematian lebih besar. Sejak September 2012 hingga awal Juni 2013 hanya ditemukan 53 kasus yang diteguhkan diagnosisnya oleh laboratorium, 30 kasus di antaranya meninggal (CFR 57 persen).

Meski bahaya MERS-CoV tidak bisa dianggap sepele, kehebohan berita tentang penyakit ini tidak sedahsyat SARS.

Dampak bagi Indonesia

Kemungkinan penyebaran MERS-CoV ke Indonesia relatif kecil mengingat jarak lokasi cukup jauh dari Timur Tengah. Namun, tenaga kerja Indonesia, mahasiswa, jemaah haji dan umrah, wisatawan, ataupun pebisnis yang berada di Timur Tengah perlu waspada.

Tindakan sederhana untuk mengurangi risiko penularan adalah memakai masker penutup hidung dan mulut apabila berada di tempat umum.

Jika ada kasus MERS-CoV yang sampai ke Indonesia, sebenarnya telah ada 30 rumah sakit, tersebar dari Aceh sampai Papua, yang semula disiapkan untuk kasus flu burung, bisa digunakan untuk merawat kasus ini. Dengan demikian, penyebaran kasus dapat dibatasi.

(Soeharsono Dokter Hewan; Mantan Penyidik Penyakit Hewan di Denpasar)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau