Ahli jantung RSJPD Harapan Kita, dr Iwan Dakota, SpJP(K) menjelaskan, pada penyakit diseksi aorta, penderitanya merasakan nyeri yang disebut sebagai onbreak onset, yakni serangan atau rasa nyeri terjadi seketika, sedangkan nyeri pada serangan jantung yang disebut gradual onset, muncul cenderung meningkat perlahan.
"Pada penyakit diseksi aorta, penderitanya merasakan nyeri yang tajam seperti ditusuk. Sementara nyeri pada serangan jantung terasa lebih berat dan seperti ditekan," ungkapnya di Jakarta pada Rabu (11/9/2013).
Meski rasa nyeri di dada bisa menjadi penanda awal diseksi aorta, perlu ada pemeriksaan lebih lanjut untuk mendeteksi penyakit ini.
Pemeriksaan awal adalah elektro cardiography (EKG) dan enzim jantung. Pemeriksaan ini juga bisa membedakan apakah nyeri dada tersebut menandakan penyakit diseksi aorta atau serangan jantung.
Kalau hasil pemeriksaan EKG dan enzim menunjukkan adanya fluktuasi yang tajam, ini merupakan penanda penyakit jantung. Sementara, pada penyakit robeknya pembuluh darah aorta, hasil pemeriksaan EKG dan enzim cenderung normal dan tidak menunjukkan perubahan signifikan.
"Jadi, kalau merasa sakit di dada, dan hasil pemeriksaan EKG dan enzim cenderung normal, lakukan pemeriksaan berikutnya, misalnya magnetic resonance imaging (MRI)," ungkap dr Iwan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.