Namun sebuah studi baru menemukan, risiko penyakit orang yang berhenti merokok akan turun hingga sama seperti orang yang tidak pernah merokok. Studi yang dipresentasikan dalam European Society of Cardiology oleh Dr James K. Min dan Dr Rine Nakanishi itu menunjukkan dampak berhenti merokok pada risiko penyakit kardiovaskular, penyakit jantung koroner (PJK), dan bahkan kematian.
Studi melibatkan 13.372 pasien dari sembilan negara di Eropa, Amerika Utara, dan Asia Timur. Peserta dibagi menjadi tiga kelompok, 2.853 perokok aktif, 3.175 mantan perokok, dan 7.344 non-perokok.
Untuk mengevaluasi prevalensi penyumbatan arteri koroner dari ketiga kelompok, para peneliti menggunakan metode coronary computed tomographic angiography (CCTA). Metode tersebut merupakan teknik invasif untuk melihat arteri koroner secara jelas.
Mereka menemukan, perokok aktif, seperti mantan perokok, memiliki risiko satu setengah kali lebih tinggi untuk mengalami penyumbatan pada satu atau dua arteri jantung utama daripada mereka yang tidak pernah merokok. Selain itu, risiko penyumbatan ketiga arteri jantung utama pun dua kali lebih tinggi.
Menurut situs Mayo Clinic, penyumbatan arteri terjadi karena penyempitan pembuluh darah sehingga kapasitasnya tidak penuh. Penyumbatan pembuluh darah aorta menghambat aliran darah dari jantung menuju aorta dan seluruh tubuh.
Penyumbatan tersebut membuat jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah. Jika keadaan tersebut dibiarkan, otot-otot jantung lama kelamaan akan melemah dan berujung pada penyakit jantung yang serius.
Menurut studi, menghentikan kebiasaan merokok tidak menurunkan keparahan dari penyumbatan pembuluh koroner sehingga risiko kematiannya masih lebih tinggi daripada non-perokok. Setelah dua tahun, para peneliti menemukan 2,1 persen peserta mengalami serangan jantung atau kematian.
Perokok aktif memiliki risiko serangan jantung dan kematian kira-kira dua kali lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak pernah merokok. Kendati demikian, mantan perokok memiliki denyut jantung yang sama dengan mereka yang tidak merokok, serta tidak memiliki prevalensi PJK yang lebih tinggi pula.
Min mengatakan, studi ini bertujuan untuk menentukan dampak berhenti merokok pada risiko penyakit kardiovaskular, kematian, dan tingkat keparahan dari PJK. Meski demikian, dibutuhkan studi lanjutan untuk mengetahui periode waktu yang dibutuhkan untuk menurunkan risiko penyakit hingga sama seperti non-perokok.
Menurut American Cancer Society, risiko penyakit mantan perokok akan sama seperti non-perokok setelah 15 tahun berhenti merokok.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.