Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/09/2013, 08:21 WIB
Unoviana Kartika

Penulis


KOMPAS.com
- Nyeri terkait menstruasi seringkali dianggap "normal" oleh kebanyakan wanita. Mereka bahkan menganggap nyeri merupakan bagian dari menstruasi. Padahal, nyeri bisa menjadi gejala penyakit-penyakit yang lebih serius, salah satunya endometriosis.

Menurut Profesor Ali Baziad, pakar kesehatan kandungan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), nyeri yang perlu diwaspadai adalah yang berlangsung satu hari menjelang, selama, dan selesai menstruasi. Nyeri biasanya dirasakan pada perut, panggul, hingga punggung.

"Nyeri bisa juga disertai gejala khas lainnya seperti pusing, mual, dan muntah," jelasnya di sela-sela peluncuran obat endometriosis, Kamis (19/9/2013) di Jakarta.

Endometriosis merupakan penyakit kronik yang disebabkan oleh jaringan endometrium yang terdapat di dalam rahim (uterus) ditemukan tumbuh di tempat lain dalam tubuh. Jaringan ini seringnya melakukan perlengketan pada indung telur dan semua organ di dalam panggul wanita.

Jika tumbuh di luar rahim, jaringan endometrium akan menyebabkan meningkatnya kadar hormon dalam tubuh wanita selama proses menstruasi. Endometriosis bahkan juga dapat menyebabkan munculnya kista indung telur yang terkadang sangat besar dan menimbulkan nyeri.

Kendati demikian, Ali mengatakan, tidak semua nyeri saat menstruasi selalu diakibatkan oleh endometriosis. Nyeri akibat endometriosis umumnya sangat hebat hingga menyebabkan wanita tidak mampu menjalani aktivitasnya sehari-hari.

"Wanita yang mengalami nyeri akibat endometriosis biasanya menunda kegiatannya untuk satu hari saat puncak nyeri. Ini tentu menyebabkan terganggunya produktivitas," ujarnya.

Salah kaprah

Ali mengatakan, nyeri yang diikuti dengan pusing, mual, dan muntah sering diartikan gejala penyakit lain oleh kebanyakan wanita. Karena itu, mereka pun kerap salah kaprah dalam memilih obat.

"Saat timbul gejala, mereka malah minum obat masuk angin. Meski gejalanya bisa mirip, tapi yang perlu diperhatikan, gejala tersebut timbul setiap menstruasi. Maka kemungkinan besar berhubungan dengan endometriosis," tutur dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Bersalin YPK ini.

Kebanyakan wanita, imbuh dia, juga memilih untuk minum obat pereda nyeri. Padahal obat pereda nyeri hanya dapat menekan saraf sehingga mengurangi rasa nyerinya saja. Sementara, penyakit yang sebenarnya terus ada.

Oleh karenanya, Ali menyarankan untuk berkonsultasi setiap mengalami gejala-gejala yang mencurigakan. Diagnosa yang tepat akan menghasilkan penanganan gejala penyakit yang lebih baik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau