Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/09/2013, 16:24 WIB
Wardah Fazriyati

Penulis


KOMPAS.com - Kasus kelahiran bayi kembar parasit di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung terbilang langka. Kasus  kembar parasit di dunia, termasuk di Indonesia, umumnya juga terungkap secara tidak sengaja. Tidak ada data dan penelitian yang bisa menjelaskan lebih mendetail mengenai kasus kelahiran semacam ini.

"Kasus seperti ini jarang terjadi di seluruh dunia, bukan hanya di Indonesia. Tidak ada data di dunia mengenai kasus kembar parasit. Di Indonesia juga masalahnya pada pencatatan," tutur dokter spesialis anak dari Divisi Perinatologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), dr Rosalina Dewi Roeslani SpA(K), saat ditemui Kompas Health di RSCM, Jakarta, Selasa (24/9/2013).

Menurut dr Rosi (sapaan akrabnya), di RSCM tidak ada kasus kelahiran kembar parasit selama tujuh tahun terakhir. Namun ia mengakui, kelahiran kembar parasit bisa saja terjadi pada tahun-tahun sebelumnya.

"Pasti ada kasus semacam ini lebih dari tujuh tahun lalu. Namun yang sering terjadi adalah kelahiran kembar siam, kebanyakan jenis Abdomino-thoracopagus atau bayi kembar siam di bagian dada dan perut," ungkapnya.

Berbeda dengan kembar parasit yang boleh jadi hanya terjadi sekali dalam lebih dari lima tahun, bayi lahir kembar siam justru lebih sering terjadi. Dr Rosi menyebutkan, dalam satu tahun ada sekitar 4-6 kasus kelahiran kembar siam di RSCM.

Dr Rosi menambahkan, walau kembar parasit terbilang sangat jarang, namun kasusnya tidak hanya bisa ditemui secara kebetulan. Ia pernah menemui secara tidak sengaja kasus kembar parasit pada anak remaja.

Kasus ini awalnya tidak dinyatakan sebagai kembar parasit, melainkan indikasi tumor. Pasien kemudian menjalani kemoterapi karena 'kembarannya' itu awalnya dianggap sebagai keganasan.

Diketahui kemudian, pada perut pasien didapati ada komponen organ tubuh bayi seperti rambut, gigi, rambut. Operasi pembedahan kemudian dilakukan untuk membuang kembar parasit ini.

"Pada kasus ini, pasien menjalani kemoterapi karena ada satu tumor yang dianggap keganasan," jelasnya.

Kasus kembar parasit juga pernah terjadi pada bayi lahir dengan tiga kaki. Melalui pembedahan, satu kaki parasit berhasil dibuang. Lagi-lagi, menurutnya, kasus kembar parasit masih bersifat laporan kasus, jadi belum terkoordinasi dengan baik.

"Sulit menyimpulkannya karena jarangnya kasus dan tidak adanya penelitian, kasus sering diketahui karena kebetulan," ungkapnya.

Gangguan pemisahan

Pada kondisi kembar parasit, jelas dr Rosi, satu bayi lahir dalam kondisi normal sedangkan  kembarannya sebagai parasit. Hal ini terjadi akibat adanya gangguan saat proses pemisahan, sehingga salah satu bayi gagal tumbuh.

Ini pula yang membedakan kembar parasit dengan kembar siam. Pada kasus kembar siam, dua bayi  kembar tidak terpisah sempurna, tapi keduanya tumbuh.

"Kondisi kembar parasit lebih kacau, bayi berkembang tidak sempurna juga tidak terpisah sempurna. Bayi kembar parasit, satu bayi lebih dominan, bagus bentuknya, dia mengambil semua sari makanan, sementara satu bayi lagi sifatnya parasit. Satu normal, satu parasit. Parasit ini akan dibuang dan mati, tapi satu bayi yang normal akan selamat," ungkapnya.

Ia menambahkan, baik kembar siam maupun kembar parasit sama-sama memiliki peluang hidup. Namun ini bergantung pada ada tidaknya kelainan lain yang ditemukan dalam tubuh bayi.

"Peluang hidup tergantung kelainan lain pada bayi. Pada bayi kembar parasit yang kondisinya bagus, ada tidaknya kelainan lain atau kelainan bawaan ini bisa dilihat," imbuhnya.

Pada bayi kembar siam, terang Rosi, biasanya banyak ditemui kelainan utamanya pada organ jantung. Peluang hidup bayi kembar siam tetap besar walaupun jarang yang bisa mencapai usia tua. Untuk kasus di Indonesia, dr Rosi mencontohkan seorang bayi kembar siam yang berhasil dipisahkan dari kembarannya yang meninggal, dan kini  mampu bertahan hingga 20 tahun.  "Kini ia berusia 20 yang baru saja masuk sekolah kedokteran," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com