Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/10/2013, 15:38 WIB
Wardah Fazriyati

Penulis


KOMPAS.com
 — Pengonsumsi alkohol berisiko memiliki tulang yang tidak sehat. Mereka berisiko lebih sering mengalami patah tulang dan penyembuhan tulang berlangsung lebih lambat.

Meski begitu, banyak faktor yang membuat tulang seorang pengonsumsi alkohol lebih lemah. Masalah malanutrisi yang kerap ditemui pada pengonsumsi alkohol juga bisa menjadi salah satu pemicunya. Pemicu lainnya berhubungan dengan banyaknya keterkaitan antara alkohol dan hormon yang memperburuk kondisi tulang.

Penelitian terkini dari Loyola University Medical Center di Maywood, Illinois, menemukan bagaimana alkohol memperlambat proses penyembuhan tulang, baik pada tingkat seluler maupun molekuler. Pada remaja dan dewasa muda, kondisi ini bisa terjadi lebih serius karena inilah masa puncak pertumbuhan tulang.

Para peneliti mempresentasikan temuannya pada 6 Oktober 2013 lalu di American Society for Bone and Mineral Research 2013 Annual Meeting.

Tim ketua peneliti dan mahasiswa spesialis bedah ortopedi di Loyola's Stritch School of Medicine, dr Roman Natoli, mengatakan, kondisi kesehatan tulang pada pengonsumsi alkohol dua kali lebih buruk.

"Kejadian patah tulang banyak yang berkaitan dengan alkohol, kecelakaan lalu lintas, jatuh, penembakan, dan lainnya. Saat pengonsumsi alkohol mengalami patah tulang, proses penyembuhannya pun berlangsung lebih lama," ungkap dr Natoli.

Untuk membuktikan adanya keterkaitan antara alkohol dan kesehatan tulang, Natoli dan tim peneliti melakukan percobaan pada tikus. Peneliti membagi dua grup tikus di lab. Satu grup tikus yang terpapar alkohol dengan level tiga kali standar legal untuk berkendara, sedangkan satu grup tikus yang bebas alkohol.

Pada grup tikus yang terpapar alkohol, dalam kondisi patah tulang, pembentukan callus tidak sempurna. Kalaupun tulang kembali terbentuk, kondisinya melemah.

Pada grup ini pula ditemukan tanda stres oksidatif, yakni kondisi ketika jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi kapasitas tubuh untuk menetralkannya. Pada saat tertentu, kondisi ini dapat merusak kondisi sel normal.

Pada kelompok yang terpapar alkohol juga ditemukan rendahnya level protein yang disebut osteopontin. Osteopontin, bersama dengan protein kedua yang disebut SDF-1, terlibat dalam proses masuknya punca ke bagian yang mengalami cedera. Sel punca inilah yang kemudian bertumbuh menjadi sel tulang.

Untuk menindaklanjuti penelitian ini, Natoli menyatakan ketertarikannya untuk menyuntikkan sel punca tulang dengan kandungan antioksidan ke tikus, dalam rangka memerangi stres oksidatif. Para peneliti ingin mengetahui apakah cara ini bisa membantu mempercepat proses penyembuhan tulang pada tikus yang terpapar alkohol.

Cara ini mungkin saja bisa membantu para pengonsumsi alkohol yang mengalami patah tulang. Namun, saran terbaik untuk para peminum berat adalah meninggalkan alkohol beberapa bulan selama penyembuhan berlangsung dan tulang pulih sempurna.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau