Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/11/2013, 14:47 WIB
Unoviana Kartika

Penulis


KOMPAS.com — Perasaan kecewa kerap dialami pria saat tidak dapat memenuhi keinginan dirinya atau pasangannya untuk bercinta. Namun, menurut sebuah studi baru, penggunaan obat-obat impotensi atau disfungsi ereksi (DE) belum tentu membuat kaum Adam lebih bahagia.

Para peneliti menganalisis data dari 40 uji klinis terhadap pria yang mengalami DE untuk melihat kualitas hidup mereka. Peneliti juga menilai perubahan kualitas hubungan mereka setelah mendapatkan pengobatan standar yang dikenal dengan PDE5 inhibitor.

Sebelum menjalani pengobatan, pria yang ikut serta dalam uji klinis melaporkan kualitas hidup dan hubungan mereka relatif baik. Hanya, umumnya hubungan seksual dan kepuasan mereka cenderung rendah. Mereka juga memiliki kepercayaan diri yang rendah, bahkan kebanyakan dari mereka menunjukkan gejala depresi.

Setelah pengobatan, peserta mengalami peningkatan signifikan dalam banyak aspek terkait kondisi mereka, termasuk kepuasan seksual dan kepercayaan diri. Namun, studi yang dipublikasi dalam jurnal Sexual Medicine tersebut menemukan, peserta tidak melaporkan perbaikan dalam hal kepuasan hidup secara umum.

Andrew Kramer, urolog dari University of Maryland Medicine Center, yang tidak terlibat dalam studi, mengatakan, studi tersebut membuka kesadaran kepada penderita DE yang juga mengalami masalah dalam hubungannya  untuk melihat masalah mereka sebagai dua hal yang berbeda. Pertama, masalah fisik yang membuat mereka mengalami DE. Kedua, masalah psikososial yang membuat mereka mengalami masalah dalam hubungan.

"Sebelumnya, mengatasi permasalahan DE dianggap juga menjadi solusi permasalahan hubungan. Padahal, kebahagiaan adalah hal yang kompleks dan ereksi hanya sebagian kecil darinya," ujarnya.

DE merupakan kondisi yang membuat pria sering kali tidak mampu mencapai dan mempertahankan ereksi untuk berhubungan seks. DE sering kali dikaitkan dengan banyak penyebab, mulai dari alasan psikologis dan emosional serta kebiasaan buruk seperti minum alkohol berlebihan.

Para peneliti mengatakan, DE sering kali menjadi alasan permasalahan sebuah hubungan yang memengaruhi kondisi emosional dan psikologis. Namun, kehidupan dan hubungan yang lebih baik tidak hanya dicapai dari mengonsumsi obat-obatan DE.

"Dibutuhkan solusi lain yang menargetkan psikologis pria," cetus mereka.

Selain itu, peneliti mencatat kemungkinan peserta tidak menjawab ada perbaikan kualitas kehidupan mereka secara umum karena sebelumnya mereka mengaku kualitas hidup mereka secara relatif sudah baik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau