Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/12/2013, 18:26 WIB
KOMPAS.com - Perut anak yang membuncit bisa terjadi pada berbagai macam penyakit, bergantung pada apa yang membuat perut membuncit. Melalui pemeriksaan, dokter dapat mengetahui apakah isi perut itu cairan, benda padat, atau udara.

Bila isinya cairan, penyakitnya mungkin di hati. Bila benda padat, mungkin ada organ dalam seperti ginjal atau hati yang membesar atau bahkan tumor. Bila isinya udara, maka ini biasanya berhubungan dengan saluran cerna. Masyarakat biasa menyebutnya sebagai kembung, istilah kedokterannya meteorismus. Uraian berikut ini akan membahas secara selintas masalah kembung pada anak.

Akumulasi udara di dalam saluran cerna anak bisa terjadi karena beberapa hal. Pertama, anak banyak menelan udara. Bayi yang sering  menangis atau batuk, misalnya, akan banyak menelan udara. Demikian pula bayi akan banyak menelan udara bila teknik menyusuinya salah; puting kurang pas di mulut bayi atau dot tidak penuh dengan susu tetapi terisi udara.

Kedua, terjadi pembentukan gas yang berlebihan di dalam usus. Hal ini bisa terjadi karena adanya fermentasi makanan yang tidak diserap oleh bakteri usus yang berlebihan. Jadi, bisa terhadi pada anak dengan gangguan pencernaan dan penyerapan makanan atau terjadi infeksi yang menyebabkan pertumbuhan bakteri usus berlebihan. Bisa pula terjadi karena mengonsumsi makanan yang flatugenik (membentuk gas) secara berlebihan, seperti ubi, keju, kol, sawi, dan sejenisnya.

Ketiga, akumulasi gas di dalam usus bisa pula terjadi karena peristaltik usus melemah. Contohnya pada kekurangan kalium yang sering terjadi pascadiare, atau karena pemberian obat yang dapat melemahkan peristaltik usus. Melemahnya peristaltik usus juga bisa terjadi pada penyakit berat.

Keempat, sumbatan usus dapat menghalangi pengeluaran gas melalui anus, akibatnya terjadi akumulasi gas dan anak mengalami kembung. Pada kasus sumbatan usus, anak harus dirujuk ke dokter untuk melihat apakah terdapat kelainan yang memerlukan pembedahan.

Kadang kala, sembelit yang lama pun dapat menimbulkan perut kembung. Pada kasus kembung yang memerlukan tindakan bedah, biasanya ditemukan pula gejala lain seperti nyeri perut yang hebat, muntah menetap, muntah hijau, dan sembelit.

Pada bayi sebelum usia dua bulan, kembung sering terjadi karena intoleransi laktosa. Asupan susu yang banyak tetapi kadar enzim pencernanya dalam usus belum sempurna, akibatnya terjadi fermentasi susu yang tidak diserap usus sehingga menghasilkan gas berlebihan. Hal ini juga dapat memberikan gejala kolik pada bayi.

Kembung sering pula terjadi pada anak yang kurang gizi, biasanya akibat kombinasi gangguan pencernaan, pertumbuhan bakteri usus yang berlebihan, dan gangguan peristaltik usus akibat kekurangan elektrolit.

Kembung dapat pula terjadi bila kita sampai ke daerah yang tinggi. Pada kondisi ini sebagian gas yang terlarut dalam darah, terutama gas nitrogen, akan berdifusi ke saluran usus. Oleh karena itu, di daerah yang tinggi seperti puncak gunung kita akan sering buang gas dan bisa kembung.

Sebagai kesimpulan, kembung dapat disebabkan berbagai penyakit. Oleh karena itu, bawa anak ke dokter untuk mendeteksi penyebabnya dan mendapat pengobatan yang memadai.

(Agus Firmansyah/Ikatan Dokter Anak Indonesia)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau