Salah kaprah konsumsi minuman energi ini telah memakan korban, mulai dari mengalami gangguan kesehatan serius hingga kematian. Jalan pintas ini kerap dipilih pekerja yang sering lembur kejar target, hingga atlet yang memaksakan tubuhnya untuk selalu berenergi demi performa tinggi.
Baru-baru ini, konsumsi minuman energi berlebihan diduga turut memberi andil dalam kasus meninggalnya seorang copywriter di salah satu perusahaan iklan, Mita Diran. Perempuan yang terbilang muda itu meninggal dunia pada Minggu (15/12/2013) malam setelah bekerja tak kenal waktu. Mita diketahui bekerja tiga hari tanpa tidur.
"30 hours of working and still going strooong," tulis Mita di akun jejaring sosial Twitter miliknya @mitdoq.
Dikabarkan juga, selama lembur, Mita mengonsumsi minuman penambah energi yang berkafein tinggi. Minuman tersebut memang dapat memberikan stimulan bagi tubuh, tetapi sifatnya hanya sementara dan sebenarnya tidak menghilangkan lelah.
Salah kaprah konsumsi minuman energi untuk menambah tenaga juga pernah menimbulkan gangguan kesehatan pada pesepak bola Inggris, Paul "Gazza" Gascoigne.
Di balik kehebatannya sebagai atlet sepak bola, Gazza, aset berharga yang dikenal piawai berlaga di rumput hijau dengan kekuatan, keseimbangan, dan kecepatan tingginya itu pernah menjalani terapi pemulihan akibat kecanduan minuman berenergi pada 2008 silam.
The Sun melaporkan, mantan pemain tim nasional Inggris itu harus menjalani terapi pengobatan selama sebulan di sebuah klinik di Amerika Serikat untuk menyembuhkan ketergantungan dari minuman energi. Sekali dalam seminggu, Gazza mendapat terapi dan pemeriksaan dengan biaya yang mencapai sekitar 4.000 poundsterling.
Kecanduan yang dialami Gazza memang sudah terbilang sangat berat. Ia dikabarkan bisa menenggak sebanyak 50 kaleng minuman berenergi merek Red Bull setiap harinya.
Menurut pendapat Carol Cooper, dokter pengasuh rubrik kesehatan The Sun, minuman Red Bull yang beredar di Inggris mengandung 80 mg kafein. Bila dikonsumsi berlebihan, maka akan membuat Anda menjadi seorang maniak.
"Mengonsumsi stimulan yang terlalu berlebihan akan membuat Anda menjadi irasional atau cenderung temperamental. Anda juga bisa larut dalam khayalan dan halusinasi. Gejala-gejala fisiknya adalah berkeringat dan jantung berdebar," tulis Cooper dalam kolomnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.