Ahli kejiwaan dari Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Teddy Hidayat, mengatakan, kebanyakan anak korban pencabulan dan sodomi merupakan anak yang tertutup. Mereka enggan bercerita kepada orangtua dan orang dekat mengenai apa yang mereka alami.
Untuk mengidentifikasi pencabulan dan kekerasan seksual terjadi pada anak, Teddy mengimbau agar keluarga dan guru di sekolah bisa lebih peka.
"Orangtua dan guru harus tahu ciri-ciri anak yang menjadi korban (pencabulan). Misalnya, anak diam saja, padahal biasanya dia aktif," kata Teddy di Ruang Komite Medik RSHS Bandung, Rabu (7/5/2014).
Selain itu, gerak-gerik anak juga perlu diperhatikan. Misalnya, lanjut Teddy, ketika anak terlihat aneh saat berjalan. "Jangan-jangan luka (bekas sodomi) bikin dia sakit," terangnya.
Kemudian, apabila melihat ada bercak darah pada celana dalam anak, orangtua patut curiga dan lebih baik menanyakan langsung kepada anak dengan cara yang halus.
"Kalau disamperin orang dewasa dan tidak kenal lalu dia takut, itu salah satu ciri-cirinya," bebernya.
Dari hasil penelitiannya, Teddy mengambil kesimpulan bahwa anak yang menjadi target pencabulan adalah anak yang pendiam dan penurut. Pasalnya, paedofil dan pelaku homoseks cenderung ingin aksinya tidak diketahui. Untuk itu, lanjutnya, anak perlu diajar untuk mau bicara terbuka.
"Yang bisa dibujuk (yang biasanya) nurut, pendiam, atau penakut. Kalau yang ceriwis dan banyak omong (pelaku pencabulan) pasti nggak mau, maka kita harus ajari," ungkapnya.
Teddy menambahkan, untuk pencegahan dini dari pencabulan dan sodomi, anak perlu diberi pelajaran tentang sentuhan yang baik dan sentuhan yang buruk.
"Anak harus diberi pengetahuan mengenai sentuhan yang baik dan yang buruk. Kalau hanya cium tangan, cium pipi kiri, pipi kanan, itu masih baik. Namun ketika sudah meraba atau meremas, itu tidak betul," tekannya.
Orangtua juga wajib mengajari anak agar punya keberanian melaporkan tindak kejahatan yang dialaminya. Kemudian, salah satu langkah pencegahan yang paling awal adalah menghindari titip anak, baik ke saudara maupun tetangga. "Jangan terlalu mudah menitipkan anak karena keluarga juga bisa menjadi pelaku," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.