Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/05/2014, 13:33 WIB
Unoviana Kartika

Penulis

KOMPAS.com - Demam merupakan kondisi yang mungkin akan sering dialami oleh bayi hingga balita. Meskipun demam merupakan salah satu mekanisme tubuh mengatasi infeksi, namun orangtua sebaiknya tidak menyepelekannya.

Dokter dari Tanyadok Gregorius Bimantoro mengatakan, demam pada anak jika biarkan akan menimbulkan gejala yang lebih serius, seperti disertai kejang. Padahal ada banyak konsekuensi kesehatan yang dihadapi bila anak mengalami demam kejang.

Karena itu, dokter yang disapa Bimo ini menyarankan agar orangtua mewaspadai bila si kecil mulai mengalami peningkatan suhu tubuh di atas 37,5 derajat celcius. Menurutnya, pemberian obat penurun panas pun bisa dijadikan pilihan.

"Namun yang perlu diingat, pemberian obat penurun panas pada anak tidak boleh sembarangan, dosisnya harus tepat," ujarnya dalam sebuah wawancara di Jakarta, Selasa (13/5/2014).

Bimo menjelaskan, dosis obat yang tepat disesuaikan dengan berat badan anak. "Orangtua perlu tahu berat badan anaknya supaya tepat dosisnya. Namun jika masih kesulitan, maka perlu meminta petunjuk dokter," kata dia.

Dilansir pada buku "250 Tanya Jawab Kesehatan Anak", dosis parasetamol adalah 10-15 miligram/kilogram berat badan/kali. Sedangkan untuk ibuprofen, dosisnya 5-10 mg/kg berat badan/kali. Pemberian parasetamol dapat diulang setiap 4 jam bila suhu masih di atas 38 derajat celcius. Obat dapat diberikan baik sebelum maupun sesudah makan atau minum susu.

Dalam buku tersebut juga disebutkan, saat demam tinggi sebagian anak dapat mengalami kejang demam. Namun tidak semua anak mengalaminya. Demam tinggi juga dapat membuat anak mengalami lemas dan dehidrasi karena jumlah asupan yang berkurang disertai penguapan tubuh yang meningkat lebih banyak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com