Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belum Haid di Usia 16, Waspada Sindrom Ovarium Polikistik

Kompas.com - 28/05/2014, 09:05 WIB
Unoviana Kartika

Penulis


KOMPAS.com -
Siklus menstruasi yang teratur setiap bulan merupakan hal yang seharusnya dialami oleh wanita nomal. Siklus ini dimulai rata-rata pada anak gadis yang berusia 12 tahun. 
 
Namun bila hingga usia 16 tahun belum juga mulai mengalami menstruasi, maka sebaiknya seorang gadis perlu segera memeriksakan kesehatannya. Pasalnya, ia berisiko tinggi mengalami sindrom ovarium polikistik.
 
Dokter spesialis kebidanan Gita Pratama mengatakan, salah satu tanda dari sindrom ovarium polikistik yaitu siklus haid yang tidak teratur. Oleh sebab itu jika mengalami keterlambatan menstruasi hingga usia 16 tahun, seorang remaja perlu segera memeriksakannya.
 
"Bahkan jika ada riwayat keturunan mengalami sindrom ovarium polikistik, maka pemeriksaan perlu dilakukan saat belum mengalami menstruasi di usia 14 tahun," kata dokter dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Kencana ini beberapa waktu lalu di Jakarta.
 
Dikutip dari situs kesehatan webmd, sindrom ovarium polikistik merupakan gangguan hormon pada wanita. Sindrom tersebut menyebabkan permasalahan pada siklus menstruasi dan sulit untuk hamil. 
 
Selain itu, gangguan tersebut menyebabkan tampilan fisik yang tidak diinginkan, misalnya tumbuhnya rambut-rambut halus lebih yang lebih tebal di sekitar mulut atau puting. Bahkan jika tidak diatasi, sindrom ini bisa menyebabkan permasalahan kesehatan yang serius, misalnya diabetes dan penyakit jantung.
 
Kebanyakan wanita dengan sindrom ovarium polikistik memiliki banyak kista pada ovarium. Inilah kenapa sindrom itu disebut dengan sindrom ovarium polikistik. Kista sebenarnya tidak berbahaya namun mengakibatkan ketidakseimbangan hormon. Semakin cepat diagnosis dibuat dan terapi diberikan maka semakin mungkin gejala terkontrol dan permasalahan jangka panjang tercegah.
 
"Pemeriksaan harus segera dilakukan, jangan sampai belum juga haid hingga usia 20 tahun baru periksa karena terapinya akan lebih sulit," kata Tomi, sapaannya.
 
Sindrom ovarium polikistik dialami oleh sekitar 5-10 persen oleh wanita di Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com