KOMPAS.com - Pembesaran prostat lebih lazim terjadi pada pria dengan usia lanjut. Kondisi ini sebenarnya tidak mempengaruhi kemampuan seorang pria untuk punya anak, karena sperma masih bisa diproduksi dengan baik. Namun setelah dilakukan terapi pengobatan, pria mungkin akan lebih sulit memperoleh keturunan.
Dokter spesialis urologi dari RS Premier Bintaro Gideon FP Tampubolon mengatakan, kemampuan pria untuk mengeluarkan sperma setelah terapi pembesaran prostat akan terganggu. Inilah yang menyebabkan pria sulit punya anak.
"Saat ejakulasi, pria akan merasakan spermanya keluar, namun sebenarnya sperma tidak keluar meyembur, tetapi masuk kembali ke kandung kemih," ujarnya dalam media gathering bertajuk Laser untuk Penanganan Terkini Pembesaran Prostat dan Batu Saluran Kemih di Tangerang Selatan, Kamis (12/6/2014).
Ia menjelaskan, sperma tidak menyembur saat ejakulasi disebabkan oleh rusaknya klep di leher kandung kemih. Hal ini mengakibatkan sperma bukannya menyembur ke luar, melainkan masuk kembali ke kandung kemih.
Seharusnya saat terjadi ejakulasi, klep di leher kandung kemih tersebut tertutup. Tujuannya supaya sperma bisa keluar melalui uretra. Namun ketika klep rusak, bukannya keluar, sperma akan berbalik ke kandung kemih. Bila hal itu terjadi, sperma baru bisa keluar saat berkemih, bercampur dengan urine.
Kerusakan klep, kata dia, salah satunya diakibatkan oleh terapi dari pembesaran prostat. Terapi tersebut terdiri dari pembedahan maupun menggunakan laser. Kerusakan klep bisa terjadi dua hingga tiga bulan sejak terapi dilakukan hingga seumur hidup pasien.
Kendati demikian, manfaat terapi pembesaran prostat umumnya lebih besar daripada fungsi pengeluaran sperma. Alasannya jika seorang pria ingin punya anak setelah melakukan terapi prostat maka bisa dilakukan dengan cara inseminasi.
"Sperma bisa diambil melalui testis atau dicuci dari yang dikeluarkan bersama urine, lalu dibantu masuk menuju sel telur," kata Gideon.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.