Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/06/2014, 09:06 WIB
Unoviana Kartika

Penulis


KOMPAS.com -Setiap bayi perlu mendapatkan ASI, tak terkecuali bayi yang sakit. Sayangnya, bayi yang sakit biasanya lahir dari ibu yang sakit pula, misalnya lahir prematur karena ibu mengalami pendarahan. 
 
Keadaan ini diperparah dengan mental ibu yang cenderung stres karenanya bayinya sakit sehingga ASI sulit keluar. Cara lain supaya bayi mendapatkan ASI adalah dari donor ASI. 
 
"Donor ASI memang cara untuk mendapatkan ASI ketika ibu tidak bisa memberikannya. Namun memilih donor ASI juga harus selektif," kata dokter spesialis anak sekaligus pakar neonatologi dari FKUI/RSCM Rinawati Rohsiswatmo di sela-sela The First Breastfeeding Update: Breastfeeding Sickbabies pada Selasa (24/6/2014) di Jakarta.
 
ASI, jelas dia, merupakan cairan dari tubuh manusia yang bisa menjadi sarana penularan penyakit. Maka bila donor ASI menderita penyakit, risikonya untuk menularkan kepada bayi sangat tinggi. Apalagi dalam keadaan sakit yang berarti bayi sedang sangat lemah.
 
"Donor ASI harus dipastikan sehat supaya mencegah bayi tertular penyakit dari ASI yang diberikan kepadanya," tandas Rinawati.
 
Ketua Satgas ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia I Gusti Ayu Partiwi mengatakan, sebelum mendonorkan ASI, seorang ibu perlu menjalani skrining terlebih dahulu. Skrining dibutuhkan untuk mengetahui adanya virus dalam darah ibu, khususnya virus HIV, hepatitis B, dan C. 
 
"Bahkan untuk bayi sakit, skrining harus ditambah dengan pemeriksaan untuk virus sitomegalia (CMV)," kata dokter spesialis anak dari RS Bunda ini.
 
Rinawati menambahkan, selain tak bervirus, donor ASI perlu berasal dari ibu yang usia bayinya sama dengan usia anak yang akan diberikan ASI. Misalnya bayi yang berusia tiga bulan perlu mendapatkan donor ASI yang memiliki bayi usia sekitar tiga bulan juga.
 
"Ini karena profil ASI akan berbeda, tergantung pada usia bayinya. Namun jika tidak ada lagi dan keadaannya mendesak, pemberian ASI tetap boleh dilakukan," ujar dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com