Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/07/2014, 10:34 WIB
Unoviana Kartika

Penulis

Sumber Dailymail

KOMPAS.com - Junk food atau makanan yang tidak memiliki nilai gizi selama ini selalu dikaitkan dengan obesitas. Namun mungkin tak pernah terpikir sebelumnya jika makanan ini juga dapat merusak indera penciuman manusia.

Sebuah studi baru menemukan, pola makan tinggi lemak berkaitan dengan perubahan, baik secara struktural maupun fungsional pada sistem penciuman. Penelitian pada tikus membuktikan, tikus yang diberikan pola makan tinggi lemak memiliki kemampuan yang lebih rendah dalam mengenali bau tertentu. Mereka mengalami penurunan 50 persen kemampuan sel otak yang dapat mengenali sinyal ini.

Studi yang dipublikasi dalam Journal of Neuroscience ini menunjukkan, pola makan sangat mempengaruhi kehidupan manusia secara luas, tidak hanya dari berat badan dan tinggi badan. Peneliti studi Nicolas Theibaud mengatakan, studi ini memungkinkan suatu saat peneliti mengembangkannya sebagai penelitian obesitas.

Menurut dia, ini merupakan pertama kali peneliti mampu menemukan kaitan yang kuat antara pola makan yang buruk dengan kehilangan kemampuan penciuman.

Dalam studi ini, peneliti memberi makan tikus berusia enam bulan dengan makanan-makanan tinggi lemak. Tikus juga diajari bau-bauan, dan diberi penghargaan dengan minum air putih. Ternyata tikus yang diberikan makanan tinggi lemak lebih lambat dalam mempelajari bau-bauan dibandingkan dengan tikus kelompok kontrol.

Ketika peneliti memberikan bau-bauan baru, tikus yang diberi makan tinggi lemak cenderung sulit untuk mengingatnya. Ini membuktikan bahwa kemampuan penciuman mereka telah menurun.

Peneliti studi Profesore Debra Ann Fadool mengatakan, ketika pemberian pola makan kembali ke normal dan tikus sudah kembali tidak obesitas, namun kemampuan penciumannya tidak bisa kembali normal.

"Tikus yang memiliki pola makan tinggi lemak memiliki kemampuan 50 persen lebih rendah dalam mencium bau," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau