KOMPAS.com - Indonesia menjadi salah satu negara di Asia Pasifik dengan kasus penyakit jantung yang paling cepat peningkatannya. Namun peningkatan jumlah kasus tak dibarengi penanganan kasus.
Dokter spesialis bedah pembuluh darah FKUI/RSCM Suhartono mengatakan, kondisi ini berbanding terbalik dengan Amerika Serikat. Jika dibandingkan beberapa tahun lalu, AS merupakan salah satu negara dengan prevalensi penyakit jantung yang tertinggi, namun kecenderungannya terus menurun.
Sementara Indonesia mengalami peningkatan jumlah prevalensi penyakit jantung hingga sepertiga dari jumlah total kasus penyakit jantung di AS. Namun jumlah penanganan terkait penyakit jantung di Indonesia baru 10 persen dari total penanganan di AS.
"Artinya dengan jumlah kasus yang cukup banyak bahkan meningkat, penanganannya sangat jauh tertinggal," ujarnya di sela-sela seminar bertajuk "Vascular in a Glance, Knowing The Risks and The Prompt Treatments" di Tangerang Selatan, Sabtu (23/8/2014).
Ketertinggalan ini diperkirakan terjadi karena masih kurangnya kesadaran masyarakat Indonesia, khususnya dalam urusan memperbaiki gaya hidup yang meningkatkan risiko penyakit jantung. Dampaknya, pengembangan teknologi dan sumber daya manusia yang mendukung penanganan penyakit jantung pun masih tertinggal.
Meski begitu, dunia kedokteran di Indonesia terus membenahi diri di bidang teknologi dan sumber daya manusia. Namun bila pembenahan ini tidak diikuti oleh kesadaran masyarakatnya untuk mencari pengobatan saat mengalami penyakit jantung, akan sulit untuk mengimbangi kemajuan dunia kedokteran terkait penyakit jantung.
"Kecenderungan saat ini, masyarakat menengah ke bawah tidak mampu mendapat penanganan, sementara yang mampu malah berobat ke luar negeri. Maka tidak heran, perkembangan teknologi di luar negeri cepat sekali," tutur Suhartono.
Ia pun berharap, penanganan di bidang penyakit jantung di Indonesia juga dapat berkembang dengan cepat, salah satunya dengan membuat rumah sakit Indonesia menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.