Hal itu membuat mikroorganisme pemicu meningoensefalitis sulit mencapai otak. Namun, tetap ada kuman atau virus ”bandel” dan tak mampu ditahan sistem itu. Jika mikroorganisme itu mampu mencapai otak, pengobatan menjadi sulit karena harus mencari antibiotik spesifik yang juga bisa menembus pertahanan otak.
Akibatnya, dokter harus memberi dosis antibiotik lebih tinggi bagi terapi infeksi pada otak dibandingkan pada infeksi bagian lain. Kadang, bisa 3-4 kali dibandingkan infeksi di bagian tubuh lain. ”Ini karena kemampuan obat menembus pertahanan otak minim, ada yang 15 persen, ada yang 20 persen,” ucap Mursyid.
Pengobatan pun lebih lama dibandingkan penyakit biasa. Contohnya, pasien TB harus mengonsumsi obat tanpa putus selama enam bulan, sedangkan pasien meningoensefalitis akibat TB mengonsumsi obat sama tanpa putus selama 9-12 bulan.
Hal lain yang menyebabkan infeksi itu punya tingkat kematian tinggi adalah bagian vital otak terdesak jika ada bengkak. Jika mendesak batang otak, fungsi tubuh berhenti, termasuk fungsi bernapas.
Dokter spesialis penyakit dalam dari Divisi Alergi Imunologi Klinik Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo, Iris Rengganis, mengatakan, sudah ada vaksin untuk mengurangi risiko tertular meningoensefalitis. Vaksin itu khusus untuk meningoensefalitis meningokokus yang disebabkan N meningitidis.
Efektivitas vaksin itu 80-90 persen, bergantung pada kondisi daya tahan penerima vaksin. Jemaah haji dan umrah yang akan ke Arab Saudi wajib mendapat vaksin itu paling lambat dua pekan sebelum berangkat.
Mursyid menambahkan, pencegahan utama adalah menjalankan gaya hidup sehat dan tinggal di lingkungan sehat demi menjaga daya tahan tubuh.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.