Mereka yang tinggalnya tidak terlalu jauh pun ada kalanya harus menempuh perjalanan rumah-kantor cukup lama karena harus berhadapan dengan kemacetan yang semakin menggila, seperti di Jakarta. Sayangnya waktu tempuh yang lama ini tidak baik bagi kesehatan.
Bagi mereka yang bekerja di kota besar seperti Jakarta, waktu tempuh dari rumah ke kantor bisa beragam. Ada yang mengatakan 45 menit, bahkan 2 jam untuk yang tempat tinggalnya di luar Jakarta. Entah berapa jam waktu yang sudah dihabiskan menghadapi kemacetan di ibukota ini. Sementara bagi mereka yang di daerah, waktu tempuhnya bisa jadi tak sampai 30 menit.
Perjalanan ke kantor kerapkali menjadi waktu yang membuat tidak nyaman. Selain tidak nyaman, menghabiskan waktu di jalan terlalu lama saat berangkat atau pulang kerja, memiliki pengaruh terhadap fisik maupun mental seseorang.
Contoh mudahnya, di pagi hari (apalagi hari Senin), sebelum berangkat ke kantor, para pekerja tak sedikit yang sudah stres membayangkan perjalanannya tersebut. Safeworkers menyebutkan para komuter, terutama bila mereka menyetir sendiri, dengan waktu tempuh yang relatif lama, beresiko tinggi hipertensi, gangguan muskuloskeletal, amarah dan kebencian yang meningkat di tempat kerja, dibandingkan mereka yang tinggal lebih dekat di tempat kerja.
Laporan dari UK's Office National Statistics tahun 2014 menjumpai, komuter yang ke kantor dengan kendaraan pribadi (tanpa mempedulikan lamanya perjalanan) atau mereka yang perjalanannya lebih dari 30 menit dengan kereta, bis, atau jalan kaki, memiliki tingkat kecemasan lebih tinggi dibandingkan orang-orang yang melakukan perjalanan dengan lebih pendek.
Penelitian yang dilakukan Christine Hoehner, Ph.D, juga menjumpai bahwa semakin lama seseorang berkendara, tekanan darahnya cenderung naik. Selain itu, suasana hati juga bisa terpengaruh dengan lamanya waktu tempuh ini.
Studi yang dilakukan oleh University of East Anglia tahun 2014 menunjukkan bahwa mereka yang menyetir atau menggunakan transportasi publik ke tempat kerja jarang bisa menikmati aktivitas hariannya dan mengalami kesulitan lebih besar untuk berkonsentrasi dibandingkan dengan pejalan kaki ataupun pesepeda.
Yang menarik, para periset menjumpai bahwa skor kesejahteraan menurun untuk komuter pengguna mobil karena waktu yang dihabiskan di belakang kemudi meningkat.
"Waktu ekstra yang dihabiskan dengan duduk merosot ke depan di bangku kemudi atau kereta berkontribusi terhadap masalah ini,” terang Andrew Wolf, fisiolog olah raga di Miraval Resort and Spa, Tucson, Arizona. Namun berupaya untuk duduk tegap dengan penyangga punggung di belakang punggung bawah dan kepala sejajar bahu akan membantu mengembalikan kebiasaan buruk.
Gemuk
Satu masalah lainnya yang penting untuk diperhatikan adalah kemungkinan terpapar polusi dengan lebih banyak. Studi tahun 2007 terhadap warga Los Angeles menunjukkan, hampir setengah dari paparan terhadap polusi udara berbahaya terjadi saat mereka bepergian dengan kendaraan.