Meski banyak orang terinfeksi hepatitis B dan jadi sumber penularan bagi orang lain, kesadaran warga terhadap pentingnya imunisasi bagi anaknya belum sepenuhnya terbangun. Banyak orang menyepelekan, bahkan menolak imunisasi.
Padahal, penularan hepatitis B dari ibu ke bayi bisa dicegah dengan imunisasi. Pemerintah juga menerapkan program nasional imunisasi hepatitis B (HB) sejak 1997. Namun, kasus hepatitis B di Indonesia tetap tinggi akibat cakupan imunisasi rendah dan tak lengkap.
Data Direktorat Surveilans, Imunisasi, Karantina, dan Kesehatan Matra (Simkarkesma) Kementerian Kesehatan 2014 memperlihatkan, cakupan imunisasi hepatitis B pada bayi kurang dari 7 hari 85,8 persen. Namun, imunisasi HB pada bulan pertama, kedua, dan ketiga setelah lahir kurang dari 55 persen. Cakupan imunisasi HB kombinasi pentavalen 5 antigen DPT-HB-Hib bulan pertama setelah lahir hanya 52 persen.
Kondisi per 22 Juli 2015 menunjukkan, cakupan imunisasi pada bayi lahir kurang dari 7 hari hanya 35 persen. Cakupan imunisasi DPT-HB-Hib bulan pertama, kedua, dan ketiga setelah lahir berturut-turut ialah 37,4 persen, 36,8 persen, dan 36,6 persen.
Direktur Simkarkesma Kemenkes Wiendra Waworuntu menjelaskan, banyak orangtua merasa cukup dengan imunisasi saat bayi lahir. Mereka tak kembali datang ke fasilitas kesehatan untuk melengkapi imunisasi dasar lengkap anak mereka. "Banyak orangtua tak datang ke posyandu untuk memeriksakan anaknya sehingga imunisasi dasar lengkap pada bayinya terhenti," kata Wiendra.
Anggota Satuan Tugas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia, Hartono Gunardi, menekankan pentingnya imunisasi HB pada bayi baru lahir kurang dari 12 jam. "Imunisasi tak lebih dari 12 jam setelah lahir bisa melindungi anak dari virus hepatitis B 60-70 persen," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.