KOMPAS.com - Di mana pun orang Jepang dari segala usia selalu memperlihatkan perilaku disiplin. Pelajaran disiplin dimulai di rumah sejak usia dini. Kedekatan dengan ibu ternyata berperan penting dalam menanamkan disiplin.
"Dalam budaya Jepang, disiplin itu seperti jahitan jelujur yang sifatnya sementara diberikan dalam pengasuhan sampai si anak bisa melakukan semuanya sendiri," ujar psikolog Vera Itabiliana Hadiwidjojo, Psi dalam sebuah acara mengenai pengasuhan anak cara Jepang.
Menurutnya, disiplin itu berawal dari ibu. "Kelekatan dengan ibu itu sangat diutamakan. Itu sebabnya, di Jepang anak dan ibu tidak terpisahkan. Dari lahir, bayi selalu dibawa ibunya ke mana-mana."
Selama dua tahun bonding atau kedekatan anak dan ibu terbentuk dengan baik. Anak harus punya rasa percaya dengan ibunya. "Ini adalah dasar dari segalanya. Penanaman disiplin tidak akan jalan jika ibu tidak dekat dengan anak," kata psikolog lulusan Universitas Indonesia ini.
Mengenai kesulitan ibu bekerja yang tak selalu bisa dekat anaknya, Ita memberikan saran untuk membangun kedekatan,"Selalu ciptakan waktu bersama yang berkualitas dengan anak. Misalnya sekitar 10-15 menit setiap hari."
Agar disiplin ini dapat tertanam dalam diri anak, sebelum anak lahir ibu sebaiknya membiasakan diri memiliki aktivitas teratur. "Lalu ketika sudah cukup besar, anak diajarkan mandiri untuk mengurus diri sendiri. Di Jepang anak usia tujuh sudah mandi dan pakai baju sendiri. Berangkat sekolah juga sendiri," ujarnya.
Dalam mengajari kemandirian mengurus diri sendiri, tentu ibu harus sabar dan tak lelah mengawasinya. Dalam sekali dua kali anak belum tentu langsung bisa melakukannya. Kemudian ketika anak sudah bisa melakukan sendiri, jangan pelit memberi pujian," saran Ita.
"Orang tua juga perlu menyadari untuk memberi teladan, bukan hanya ceramah. Anak itu tumbuh dari proses pembiasaan. Ketika sudah terbiasa, kebiasaan hidup disiplin itu akan terbawa hingga dia dewasa," katanya.
Anak-anak Jepang yang mandiri dan disiplin ini ternyata memiliki literasi dan nilai lebih tinggi. Hal ini pernah diteliti oleh Nobuko Uchida dari Universitas Tsukuba. Penelitian itu melibatkan anak-anak dari China, Jepang dan Korea.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.