Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/12/2015, 08:16 WIB

Pihak sekolah menolak kesimpulan bahwa penyakit itu berasal dari paparan Wi-Fi. Evaluasi sistem Ei-Fi juga menunjukkan levelnya sudah sesuai dengan standar.

Dalam kasus lain di Perancis, sebuah pembayaran kecacatan telah diberikan kepada seorang perempuan yang mengklaim bahwa EHS-nya begitu parah sehingga dia harus hidup tanpa listrik di gudang yang direnovasi di pegunungan untuk melindungi dirinya dari sinyal elektromagnetik.

Menguji reaksi

Dalam laporan Rubin tahun 2009, dia merujuk pada studi yang menganalisa gejala dan menyelidiki pemicu pada lebih dari 1000 orang yang dilaporkan memiliki hipersensitivitas elektromagnetik.

Dia menyimpulkan bahwa "percobaan yang diulang tidak dapat mereplika fenomena ini dalam kondisi yang terkendali."

Mungkin Wi-Fi bukanlah penyebabnya, tetapi ada yang lain. Sejumlah kondisi kesehatan dan lingkungan yang berbeda pada tiap individu bisa berperan.

Faktor lain adalah "efek nocebo", di mana seseorang percaya bahwa paparan EMF memicu gejala-gejala yang menyebabkan gejala nyata, bahkan jika sekalipun tidak ada paparan, tambahnya.

"Terlepas dari apakah "alergi" wi-fi adalah nyata, penderitaan pasti ada," kata Rubin. (Gibran Linggau)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau