KOMPAS.com - Penyakit demam karena virus yang ditularkan oleh nyamuk adalah penyakit yang paling penting untuk diawasi dalam hal efek morbiditas dan mortalitasnya.
Sindrom demam yang akut, umunya terjadi di daerah tropis, dapat menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah yang mengarah ke diatesis perdarahan atau koagulasi intravascular diseminata (DIC), Kondisi ini kemudian kita kenal dengan sebutan demam berdarah dengue (DBD).
Ada cukup banyak kasus DBD di mana pasien mengalami shock yang bisa membahayakan nyawa, yang dikenal sebagai dengue shock syndrome (DSS).
Di seluruh dunia, DBD lebih banyak menyerang anak usia 15 tahun ke bawah. Demam berdarah tidak menular melalui kontak orang-ke-orang, melainkan lewat gigitan nyamuk Aedes aegypti.
Siklus hidup Aedes aegypti
Aedes aegypti disebut serangga holometabolous atau serangga yang siklus hidupnya melalui metamorfosis lengkap mulai dari telur, larva, pupa, dan tahap dewasa. Rentang hidup nyamuk dewasa dapat berkisar dari dua minggu sampai satu bulan tergantung pada kondisi lingkungan.
Siklus hidup nyamuk Aedes aegypti dapat diselesaikan dalam waktu satu setengah minggu sampai tiga minggu.
Telur
Setelah mengisap darah, nyamuk Aedes aegypti betina menghasilkan rata-rata 100 sampai 200 telur per fase. Selama hidupnya, nyamuk betina bisa memiliki hingga lima fase bertelur. Jumlah telur tergantung pada banyaknya darah yang diisap.
Telur diletakkan pada permukaan yang basah atau air tergenang, misalnya lubang pohon dan kontainer buatan manusia seperti tong, ember, vas bunga, pot tanaman, tangki, botol bekas, kaleng, ban, pendingin air , dan lain sebagainya.
Induk nyamuk Aedes aegypti bertelur secara terpisah, tidak seperti kebanyakan spesies nyamuk lainnya. Yang dimaksud terpisah di sini, tidak semua telur diletakkan sekaligus, tetapi dapat tersebar di lebih dari satu tempat dan prosesnya bisa berjam-jam atau berhari-hari.
Telur Aedes aegypti, ukurannya sangat kecil sekitar satu milimeter, berbentuk lonjong memanjang. Ketika pertama kali diletakkan, telur tampak putih, tapi dalam beberapa menit berubah jadi hitam mengilap.
Di iklim hangat, telur dapat berkembang dalam waktu dua hari, sedangkan di daerah beriklim dingin, dapat memakan waktu hingga seminggu.
Yang harus Anda perhatikan adalah: Telur yang sudah diletakkan, bisa bertahan dalam waktu yang sangat lama, bahkan bisa sampai setahun. Begitu terkena air, telur akan segera menetas. Hal ini membuat kontrol nyamuk virus dengue sangat sulit.
Larva
Setelah menetas dari telur, larva memakan partikel organik di dalam air, seperti alga dan organisme mikroskopis lainnya.
Sebagian tahap larva dihabiskan di permukaan air, meskipun mereka akan berenang ke bagian bawah wadah jika terganggu atau ketika makan. Perkembangan larva tergantung suhu.
Larva melewati empat fase hidup yang disebut instar. Tiga fase pertama berlangsung singkat, fase ke-empat memakan waktu sampai tiga hari. Panjang larva instar keempat adalah sekitar delapan milimeter.
Larva jantan berkembang lebih cepat daripada betina, sehingga lebih cepat berubah menjadi menjadi kepompong.
Ini juga wajib menjadi perhatikan: Jika suhu dingin, larva Aedes aegypti dapat bertahan selama berbulan-bulan selama pasokan air memadai. Pastikan tidak ada pasokan air untuk perkembangan larva di sekitar Anda.
Pupa
Setelah instar keempat, larva memasuki tahap pupa. Pupa dapat berpindah-pindah tempat dan menanggapi rangsangan.
Pupa tidak perlu makan dan memakan waktu sekitar dua hari untuk berkembang menjadi nyamuk.
Nyamuk dewasa muncul dengan cara menelan udara untuk memperluas ukuran perutnya, sehingga kepompong terbuka dan muncullah kepala nyamuk sebelum terbang ke udara.
Awasi 10 tempat ini!
Menurut situs edukasi publik mengenai DBD milik pemerintah Singapura, ada lima tempat baik di dalam maupun di luar rumah yang wajib Anda waspadai. Pastikan tempat-tempat di bawah ini bebas air tergenang.
Di dalam rumah
1. Kontainer domestik atau barang apapun berbentuk wadah yang ada di dalam rumah Anda. Misalnya gelas, piring, toples, mangkuk, ember, kaleng, botol, tray dispenser, dan lain sebagainya.
2. Pot atau jambangan dan tray bunga atau tanaman hias. Di bawah pot, biasanya ada tray dan di dalam tray itu biasanya ada air tergenang.
3. Kontainer ornamental atau hiasan rumah berbentuk wadah yang dapat menampung air.
4. Tanaman. Tanaman yang tumbuh di atas tanah juga wajib Anda awasi. Tanah yang keras berpotensi memiliki cekungan tempat air menggenang. Lubang-lubang atau lekukan di pohon juga sebaiknya Anda tengok apakah ada air di situ.
5. Tempat cuci piring, tempat cuci tangan, bagian dapur yang basah.
Di luar rumah
1. Sampah kontainer domestik.
2. Saluran air yang tertutup.
3. Tanaman di halaman dan sekitar rumah serta tanah di sekitarnya.
4. Daun-daun berukuran besar yang jatuh ke tanah, bisa juga menjadi wadah penampung air.
5. Selokan atau got di depan atau sekitar rumah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.