KOMPAS.com - Stroke trombotik dapat memengaruhi pembuluh darah besar atau kecil. Stroke yang memengaruhi pembuluh darah besar akan mengakibatkan sumbatan yang besar, dan luasan area otak yang terpengaruh juga besar. Stroke yang seperti ini dapat mengakibatkan kelumpuhan.
Jika yang terpengaruh adalah pembuluh darah kecil, yang biasanya terletak di bagian dalam otak, gejala yang ditimbulkan tidak sebesar jika stroke menyerang pembuluh darah besar. Pasalnya, bagian otak yang terpengaruh juga tidak terlalu besar.
Salah satu penyebab stroke trombotik adalah migrain. Dalam kasus yang parah, sakit kepala migrain dapat menyebabkan arteri otak umenjadi kejang untuk waktu yang lama. Hal ini dapat membentuk pembekuan darah di otak.
Faktor-faktor yang meningkatkan risiko stroke trombotik adalah:
1. Faktor keturunan
2. Diabetes
3. Tekanan darah tinggi
4. Kadar kolesterol tinggi
5. Kebiasaan merokok
Gejala
Gejala stroke trombotik bervariasi, tergantung area otak yang mana yang terpengaruh. Masing-masing area otak bertanggungjawab terhadap fungsi tubuh yang berbeda juga. Ada bagian otak yang mengatur gerak motorik tangan, ada yang mengatur kemampuan bicara, kemampuan mengingat dan lain sebagainya.
Gejala paling umum meliputi; sakit kepala, kebingungan, lemah otot separuh tubuh, mati rasa di beberapa bagian anggota tubuh yang datang secara tiba-tiba, kehilangan keseimbangan, rabun atau kehilangan kemampuan melihat, dan kesulitan berjalan atau berbicara.
Jika gejala-gejala tersebut muncul tiba-tiba, artinya mungkin Anda mengalami stroke trombotik atau stroke jenis lain. Gejala dapat mereda atau tetap atau bisa juga semakin buruk dalam hitungan jam atau hari.
Pencegahan
Jika Anda telah memiliki satu jenis stroke, Anda berisiko tinggi mengalami jenis stroke yang lain.
Anda dapat membantu mencegah stroke trombotik. Anda dan dokter Anda harus berhati-hati mengelola faktor-faktor risiko penyumbatan pembuluh darah seperti:
1. Tekanan darah tinggi. Pertama, tentu Anda harus memertahankan pola hidup sehat seperri rutin berolahraga, menjauhi rokok dan membatasi konsumsi lemak jenuh.
Beberapa obat-obatan telah terbukti memiliki manfaat untuk kondisi tekanan darah tinggi. Umumnya, obat-obatan tersebut harus dikonsumsi sesuai dengan resep dokter. Tanyakan kepada dokter Anda mengenai efek sampingnya dan cara mencegah efek samping tersebut.
2. Masalah kolesterol. Turunkan kadar kolesterol dengan memperbanyak asupan sayur, buah dan air putih, serta stop makanam yang banyak mengandung lemak jenuh dan lemak trans seperti gorengan, daging merah, dan jeroan. Cek kadar kolesterol minimal lima tahun sekali.
3. Kurang aktivitas fisik. Berolahragalah minimal 30 menit, lima kali seminggu. Pilih naik tangga dibanding lift. Parkir kendaraan Anda beberapa blok dari kantor atau tempat belanja, lalu berjalan kakilah.
4. Rokok. Anda perokok? Berhenti sekarang juga. Bicarakan dengan dokter atau terapis jika Anda mengalami kesulitan menghentikan kebiasaan buruk itu.
5. Suka minum alkohol? Kurangi segera. Batasi konsumsi alkohol hanya jika ada acara khusus, tidak lebih dari dua takaran dalam sehari. Narkotika juga bisa meningkatkan risiko stroke, jauhi hal-hal itu.
6. Luangkan waktu untuk bersantai. Hindari faktor yang membuat Anda stres. Migrain kerap kambuh jika Anda tertekan secara emosi. Bekerjasamalah dengan dokter untuk mengatasi migrain lebih lanjut.
Ada beberapa obat yang biasa digunakan dokter untuk stroke akibat penyumbatan pembuluh darah seperti tissue plasminogen activator (t-PA).
Obat ini diminum segera beberapa jam setelah gejala stroke muncul. Ketika gejala muncul, segera ke rumah sakit. Obat-obatan untuk stroke dan penanganan medis lainnya hanya bisa didapat di bawah arahan dokter.
Seseorang yang memiliki gejala stroke yang signifikan harus dirawat di rumah sakit sehingga dokter dapat mengawasinya agar gejala tidak bertambah buruk.
Seseorang dengan stroke berat mungkin memerlukan ventilator mekanik untuk membantu pernapasan dan mungkin juga memerlukan bantuan perawat atau keluarga untuk melakukan hal-hal yang tidak lagi bisa dilakukannya sendiri seperti makan dan berganti pakaian.
Di rumah sakit, penderita bisa bertemu dengan terapis okupasi dan fisik. Terapis dapat membantu dia belajar mengatasi disabilitasnya. Seringkali, pasien harus dirujuk ke pusat rehabilitasi jika fasilitas di rumah sakit kurang memadai.
Namun, mencegah selalu lebih baik dan murah dari mengobati. Pola hidup sehat seperti dipaparkan di atas adalah cara terbaik mencegah dan mengatasi stroke.