KOMPAS.com - Dalam sebuah survei yang melibatkan 1.787 orang dewasa muda berusia 19 hingga 32 tahun, para peneliti menemukan, jumlah pengguna sosial media aktif yang terkena depresi secara signifikan meningkat, ketimbang pengguna yang kurang aktif.
Depresi dari penggunaan sosial media tersebut timbul dalam bentuk perasaan tidak bahagia, rasa iri, setelah menggunakan sosial media.
Walau begitu, peneliti tidak merekomendasikan pengguna aktif untuk log out selamanya dari sosial media. Hanya saja, bila 1 dari 4 tanda ini mulai Anda alami, sebaiknya cuti sejenak dari semua sosial media selama setidaknya 1 hari untuk menghindari risiko terkena depresi.
Sosial media berisi banyak kabar buruk
Jika hari ini akun sosial media diisi oleh berita politik, ekonomi, atau berita apapun yang membuat hati panas, atau banyak berita menyedihkan dari teman atau keluarga, istirahatlah sejenak dari dunia maya setidaknya hingga besok pagi.
Huffington Post melaporkan, paparan konstan berita negatif dapat memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan mental Anda.
Jadi, jika suasana hati Anda menjadi “suram”, karena isi berita di sosial media hari ini, saatnya berjalan-jalan menikmati dunia luar, agar suasana hati Anda bisa kembali ceria demi kesehatan mental yang tetap terjaga.
Saat melihat posting-an kerabat, ada rasa iri yang sangat
Ketika Anda sedang menikmati isi akun Instagram atau Path, lalu Anda melihat seorang kerabat mengenakan pakaian barunya yang keren, atau berpose dengan pasangannya yang begitu ideal, wajar bila ada rasa sedikit cemburu sebagai bentuk sifat manusia.
Tetapi, ketika perasaan itu melampaui kewajaran, katakanlah, itu membuat Anda mengeluarkan banyak uang untuk belanja pakaian atau langsung merencanakan sebuah posting-an yang tak kalah “mengesankan”, beristirahatlah!
The Telegraph melaporkan, saat sosial media mampu memicu perasaan cemburu yang berlebihan, itu pertanda Anda sudah terlalu banyak menggunakannya.
Merasa tidak mampu
Brian Primack, MD, PhD penulis studi sekaligus profesor dari University of Pittsburgh mengatakan, bagi beberapa orang, melihat momen terbaik orang lain dalam sosial media adalah menggembirakan, tetapi sebagian lain, momen tersebut bisa menyedihkan.
Misalnya, ketika Anda melihat sebuah posting-an kerabat yang sedang berlibur, Anda merasa tidak mampu melakukan hal yang sama karena terjebak dengan rutinitas kantor, atau saat Anda melihat posting-an kerabat yang menghabiskan jumat malamnya bersama teman-temannya, Anda jadi merasa tidak punya banyak teman, karena harus menghabiskan jumat malam sendiri.
Padahal, sangat penting untuk diingat, sama halnya seperti Anda hanya mem-posting foto narsis terbaik, kerabat Anda hanya ingin mengungkapkan kesenangannya di sosial media.