Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/04/2016, 17:09 WIB
Ayunda Pininta,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Sumber MSN.com

KOMPAS.com - Dalam sebuah survei yang melibatkan 1.787 orang dewasa muda berusia 19 hingga 32 tahun, para peneliti menemukan, jumlah pengguna sosial media aktif yang terkena depresi secara signifikan meningkat, ketimbang pengguna yang kurang aktif.

 

Depresi dari penggunaan sosial media tersebut timbul dalam bentuk perasaan tidak bahagia, rasa iri, setelah menggunakan sosial media.

 

Walau begitu, peneliti tidak merekomendasikan pengguna aktif untuk log out selamanya dari sosial media. Hanya saja, bila 1 dari 4  tanda ini mulai Anda alami, sebaiknya cuti sejenak dari semua sosial media selama setidaknya 1 hari untuk menghindari risiko terkena depresi.

 

Sosial media berisi banyak kabar buruk

Jika hari ini akun sosial media diisi oleh berita politik, ekonomi, atau berita apapun yang membuat hati panas, atau banyak berita menyedihkan dari teman atau keluarga, istirahatlah sejenak dari dunia maya setidaknya hingga besok pagi.

Huffington Post melaporkan, paparan konstan berita negatif dapat memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan mental Anda.

Jadi, jika suasana hati Anda menjadi “suram”, karena isi berita di sosial media hari ini, saatnya berjalan-jalan menikmati dunia luar, agar suasana hati Anda bisa kembali ceria demi kesehatan mental yang tetap terjaga.

 

Saat melihat posting-an kerabat, ada rasa iri yang sangat

Ketika Anda sedang menikmati isi akun Instagram atau Path, lalu Anda melihat seorang kerabat mengenakan pakaian barunya yang keren, atau berpose dengan pasangannya yang begitu ideal, wajar bila ada rasa sedikit cemburu sebagai bentuk sifat manusia.

Tetapi, ketika perasaan itu melampaui kewajaran, katakanlah, itu membuat Anda mengeluarkan banyak uang untuk belanja pakaian atau langsung merencanakan sebuah posting-an yang tak kalah “mengesankan”, beristirahatlah!

The Telegraph melaporkan, saat sosial media mampu memicu perasaan cemburu yang berlebihan, itu pertanda Anda sudah terlalu banyak menggunakannya.

 

Merasa tidak mampu

Brian Primack, MD, PhD penulis studi sekaligus profesor dari University of Pittsburgh mengatakan, bagi beberapa orang, melihat momen terbaik orang lain dalam sosial media adalah menggembirakan, tetapi sebagian lain, momen tersebut bisa menyedihkan.

Misalnya, ketika Anda melihat sebuah posting-an kerabat yang sedang berlibur, Anda merasa tidak mampu melakukan hal yang sama karena terjebak dengan rutinitas kantor, atau saat Anda melihat posting-an kerabat yang menghabiskan jumat malamnya bersama teman-temannya, Anda jadi merasa tidak punya banyak teman, karena harus menghabiskan jumat malam sendiri.

Padahal, sangat penting untuk diingat, sama halnya seperti Anda hanya mem-posting foto narsis terbaik, kerabat Anda hanya ingin mengungkapkan kesenangannya di sosial media.

Jadi, itu seharusnya tidak masalah. Hanya saja, jika posting-an kerabat membuat Anda merasa sedih, karena munculnya perasaan tidak mampu atau tidak seberuntung orang lain, maka secara psikologis Anda perlu beristirahat.

 

 

Anda merasa sangat kesepian setelah melihat sosial media

Sosial media dimaksudkan untuk membuat Anda tetap terhubung, tapi terlalu banyak “bermain” sosial media bisa berdampak sebaliknya.

Sydney Engelberg, PhD, dalam sebuah kolom Psikologi mengatakan, sosial media bisa membuat seseorang merasa kesepian, seperti saat melihat orang lain bersenang-senang sementara Anda tidak.

Pasalnya, koneksi online dapat dengan mudahnya membuat Anda merasa tidak puas jika kondisi mental Anda sedang lemah. Jadi, ketimbang menghabiskan waktu untuk melihat posting-an kerabat di sosial media, bertemulah langsung untuk makan es krim atau pergi ke gym untuk menyegarkan pikiran dan mental.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Terkini Lainnya
Kenali HFRS, Tipe Virus Hanta yang Ada di Indonesia
Kenali HFRS, Tipe Virus Hanta yang Ada di Indonesia
Health
Masa Libur Sekolah, Penyaluran MBG Fokus pada Siswa Hadir dan Kelompok Rentan
Masa Libur Sekolah, Penyaluran MBG Fokus pada Siswa Hadir dan Kelompok Rentan
Health
356 Ribu Kasus HIV Ditemukan, Kemenkes Fokus Capai Target Penanganan hingga 2030
356 Ribu Kasus HIV Ditemukan, Kemenkes Fokus Capai Target Penanganan hingga 2030
Health
Kylian Mbappe Keluar Rumah Sakit Setelah Alami Gastroenteritis Akut
Kylian Mbappe Keluar Rumah Sakit Setelah Alami Gastroenteritis Akut
Health
Terapi Pengapuran Lutut Bukan Sekadar Obat, Tapi Gaya Hidup dan Fisioterapi
Terapi Pengapuran Lutut Bukan Sekadar Obat, Tapi Gaya Hidup dan Fisioterapi
Health
Dokter Ortopedi: Pengapuran Lutut Tak Bisa Disembuhkan, Tapi Bisa Diperlambat
Dokter Ortopedi: Pengapuran Lutut Tak Bisa Disembuhkan, Tapi Bisa Diperlambat
Health
Dokter: Obat Pengapuran Lutut Hanya Mengurangi Gejala, Tak Hentikan Kerusakan Sendi
Dokter: Obat Pengapuran Lutut Hanya Mengurangi Gejala, Tak Hentikan Kerusakan Sendi
Health
Gastroenteritis Akut yang Dialami Kylian Mbappe Apa Gejalanya?
Gastroenteritis Akut yang Dialami Kylian Mbappe Apa Gejalanya?
Health
Dokter: Operasi Pengapuran Lutut Jadi Jalan Terakhir saat Nyeri Tak Tertahankan
Dokter: Operasi Pengapuran Lutut Jadi Jalan Terakhir saat Nyeri Tak Tertahankan
Health
Banyak Makan dan Pakai Hak Tinggi Bisa Percepat Pengapuran Lutut, Ini Kata Dokter
Banyak Makan dan Pakai Hak Tinggi Bisa Percepat Pengapuran Lutut, Ini Kata Dokter
Health
Dokter: Waspadai Nyeri dan Bunyi di Lutut, Bisa Jadi Gejala Pengapuran Sendi
Dokter: Waspadai Nyeri dan Bunyi di Lutut, Bisa Jadi Gejala Pengapuran Sendi
Health
Kylian Mbappe Sakit Gastroenteritis, Apakah Itu Berbahaya?
Kylian Mbappe Sakit Gastroenteritis, Apakah Itu Berbahaya?
Health
Dokter Ungkap Penyebab Pengapuran Sendi Lutut: Penuaan, Cedera, dan Gaya Hidup Buruk
Dokter Ungkap Penyebab Pengapuran Sendi Lutut: Penuaan, Cedera, dan Gaya Hidup Buruk
Health
Pengapuran Lutut Tidak Bisa Disembuhkan, Tapi Bisa Dikendalikan Sebelum Memburuk
Pengapuran Lutut Tidak Bisa Disembuhkan, Tapi Bisa Dikendalikan Sebelum Memburuk
Health
Jangan Tunggu Harus Operasi, Ini Cara Mengobati Pengapuran Lutut Sejak Dini
Jangan Tunggu Harus Operasi, Ini Cara Mengobati Pengapuran Lutut Sejak Dini
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau