Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/05/2016, 17:05 WIB
Ayunda Pininta

Penulis

KOMPAS.com - Dalam beberapa tahun terakhir, diet bebas gluten menjadi semakin populer. Sebuah survei tahun 2015 menemukan, bahwa 25 persen orang Amerika dan beberapa negara maju mengatakan mereka mengonsumsi makanan bebas gluten. Jumlah tersebut naik dari angka 8 persen pada tahun 2013, menurut perusahaan riset pasar Mintel Group.

 

Diet bebas gluten umumnya diberikan untuk mereka dengan penyakit celiac atau alergi gandum. Namun, penyakit celiac disease (CD), menurunnya kondisi kekebalan tubuh yang membuat orang sakit jika mereka makan gluten, sebenarnya sangatlah jarang. Kurang dari 1 persen orang di Amerika Serikat memiliki penyakit celiac.

 

Beberapa orang yang memulai diet bebas gluten dinilai memiliki kesalahpahaman tentang gluten, atau tidak menyadari bahwa diet ini dapat memiliki risiko, menurut sebuah komentar baru di The Journal of Pediatrics.

 

"Terlampau peduli terhadap kesehatan anak-anak mereka, orangtua kadang menempatkan anak-anak mereka pada diet bebas gluten dalam keyakinan bahwa itu bisa mengurangi gejala serta mencegah CD, atau sebagai alternatif yang sehat, tanpa tes sebelumnya atau konsultasi dengan ahli gizi," kata Dr. Norelle R. Reilly, spesialis pencernaan anak di Columbia University Medical Center di New York.

 

Sehingga persepsi bahwa diet bebas gluten itu sehat adalah sebuah mitos. Tidak ada bukti ilmiah bahwa diet bebas gluten membawa manfaat kesehatan untuk orang-orang yang tidak memiliki penyakit celiac, alergi gandum atau sensitivitas gluten nonceliac.

 

Terlebih lagi, diet bebas gluten dapat datang dengan risiko, terutama jika orang mengikuti diet tanpa berbicara dengan dokter atau ahli gizi terlebih dahulu, kata Reilly.

 

Gluten-free pada makanan kemasan sering kali lebih tinggi lemak dan gula ketimbang produk yang mengandung gluten, dan studi telah menemukan, bahwa beberapa orang menjadi obesitas atau kelebihan berat badan setelah memulai diet bebas gluten.

 

Selain itu, banyak makanan bebas gluten yang tidak diperkaya dengan vitamin dan mineral, sehingga mengikuti diet bebas gluten dapat menyebabkan kekurangan gizi, kata Reilly.

 

Beberapa orang mungkin berpikir, bahwa diet bebas gluten dapat mencegah penyakit celiac pada anak-anak, tetapi penelitian belum menemukan hubungan antara makan gluten dan risiko penyakit celiac.

 

Selain itu, produk bebas gluten juga cenderung lebih mahal ketimbang produk yang mengandung gluten, dan orang-orang yang harus mengikuti diet bebas gluten kadang melaporkan merasa terisolasi secara sosial karena diet mereka.

 

"Orangtua harus diberi konseling mengenai konsekuensi keuangan, sosial dan gizi yang mungkin terjadi bila memulai diet bebas gluten pada anak-anak,” kata Reilly.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau