KOMPAS.com - Bagi orang-orang yang tak yakin pola makan hariannya sudah cukup baik, meminum suplemen kerap menjadi pilihan. Tapi hati-hatilah, kata JoAnn Manson, MD, kepala divisi pencegahan penyakit di Brigham and Women’s Hospital di Boston dan profesor kedokteran di Harvard Medical School.
Banyak suplemen di pasaran belum lulus tes kelayakan yang dilakukan oleh badan kesehatan yang terpercaya.
Banyak juga suplemen yang tidak terlalu bermanfaat dan bahkan bisa menimbulkan efek samping merugikan. Inilah tujuh suplemen yang tidak boleh dikonsumsi dengan serampangan.
1. Vitamin D: Terlalu Banyak Bisa Merusak Ginjal Anda
Vitamin D berguna untuk membantu penyerapan kalsium dalam tubuh. Cukup vitamin D adalah salah satu syarat kesehatan. Suplemen vitamin D menawarkan janji melindungi tulang dan mencegah penyakit tulang seperti osteoporosis.
Namun dalam banyak kasus, wanita pasca-menopause yang sehat yang mengonsumsi dosis rendah suplemen vitamin D (hingga 400 unit internasional, IU), mungkin tidak benar-benar membutuhkannya.
Setelah melihat bukti-bukti penelitian, ternyata ketika wanita sehat mengonsumsi vitamin D dosis rendah, hasilnya tidak selalu bisa mencegah keropos tulang. Hal ini berasal dari laporan AS Preventive Services Task Force dipublikasikan dalam Annals of Internal Medicine.
Hal berbeda bagi wanita yang berusia lebih dari 65 yang kekurangan vitamin D, atau memiliki riwayat jatuh atau osteoporosis. Bagi mereka, Institute of Medicine mengatakan, suplemen vitamin D yang diresepkan oleh dokter akan bermanfaat.
Salah satu risiko terlalu banyak vitamin D pada orang yang sehat, yaitu kadar tingkat vitamin D dalam darah lebih tinggi dari 100 nanogram per mililiter (ng / mL) dapat memicu penyerapan kalsium ekstra - dan menyebabkan batu ginjal, kata Cleveland Clinic.
Untuk mencapai rekomendasi vitamin D yang ditetapkan oleh Institute of Medicine, yaitu 600 IU perhari untuk orang berusia 1 hingga 70 tahun dan 800 IU perhari untuk individu 71 tahun ke atas, konsumsilah makanan seperti salmon, tuna, susu, jamur, dan sereal yang diperkaya vitamin D.
2. St John Wort: Hindari Interaksi dengan Obat
St John Wort adalah tanaman yang digunakan sebagai teh atau dibuat kapsul untuk mengobati depresi ringan, kecemasan, dan gangguan tidur.
Meskipun penelitian kecil telah menunjukkan St John Wort efektif untuk mengobati depresi ringan, studi skala besar tahun 2011 yang disponsori oleh National Institute of Mental Health menyimpulkan bahwa obat herbal tidak lebih baik dari plasebo pada penanganan depresi ringan.
Denise Millstine, MD, direktur pengobatan integratif di Mayo Clinic di Scottsdale, Arizona mengatakan, "Masalah terbesar dengan St John Wort adalah interaksinya dengan obat-obatan."
Sebuah studi Juli 2014 yang dimuat dalam Journal of Alternative dan Complementary Medicine menemukan bahwa 28 persen pengguna St. John Wort pernah mengalami efek berbahaya ketika berinteraksi dengan obat antidepresan atau anti ansietas, statin, atau kontrasepsi oral.
Mengonsumsi St John Wort juga dapat mengurangi efektivitas obat lain - termasuk pil KB. Karena itu, penting bagi Anda untuk membaca literatur tentang interaksi obat dan berkonsltasi dengan dokter Anda sebelum mengonsumsi St John Wort.
3. Kalsium: Kelebihannya Dapat Mengendap di Arteri Anda
Kalsium adalah mineral penting untuk tulang yang kuat dan jantung sehat. Tapi, mengonsumsinya terlalu banyak bukanlah hal yang baik. "Dapatkan kalsium dari makanan yang alami," kata Dr Millstine.
Penelitian menunjukkan, bahwa tubuh akan lebih mampu menyerap kalsium yang berasal dari makanan. National Institutes of Health (NIH) merekomendasikan 1.000 miligram (mg) kalsium perhari untuk wanita berusia 19 hingga 50 dan 1.200 mg sehari untuk wanita 51 tahun ke atas.
Empat ons yoghurt mengandung sekitar 207 mg kalsium, seperlima dari jumlah yang direkomendasikan setiap hari. Sumber kalsium yang baik lainnya adalah jeruk.
Kelebihan kalsium (lebih dari 2.500 mg perhari untuk orang dewasa usia 19 sampai 50 tahun dan lebih dari 2.000 mg perhari untuk individu 51 tahun ke atas, dapat menyebabkan masalah.
Menurut Cleveland Clinic, "Para peneliti percaya bahwa tanpa cukup vitamin D untuk membantu penyerapan, kelebihan kalsium akan mengendap di arteri bukan di tulang."
4. Multivitamin: Bukan Pengganti Pola Makan Sehat
Sebuah studi pada Oktober 2011 yang diterbitkan dalam Archives of Internal Medicine meneliti data hampir 40.000 wanita di atas 19 tahun.
Para peneliti menemukan bahwa, rata-rata wanita yang mengonsumsi suplemen multivitamin mengalami peningkatan risiko kematian dibandingkan dengan wanita yang tidak mengonsumsi suplemen multivitamin.
Namun, penelitian yang lebih baru menyimpulkan hal yang berbeda. Studi terhadap lebih dari 8.000 pria dan wanita di atas usia 40, yang dilakukan Januari 2015 dan dimuat dalam Journal of Nutrition mengatakan, wanita yang mengonsumsi multivitamin selama tiga tahun atau lebih memiliki risiko penyakit jantung yang lebih rendah.
Bagi orang-orang yang sehat, kata Manson, multivitamin tidak pernah bisa menjadi pengganti untuk pola makan harian yanh sehat.
5. Suplemen Minyak Ikan: Pilih Ikan atau Biji Rami
New England Journal of Medicine memaparkan mengenai sebuah studi yang meneliti 6.000 orang dengan risiko penyakit penyakit kardiovaskular yang tinggi. Orang-orang ini diberik 1.000 mg suplemen Omega-3 setiap hari selama lima tahun.
Penelitian yang dilakukan pada pada Mei 2013 ini menyimpulkan, kelompok berisiko tinggi bernasib tidak lebih baik dalam hal tingkat kematian akibat kardiovaskular dibandingkan partisipan yang menerima plasebo.
Dokter setuju bahwa cara terbaik untuk mendapatkan Omega-3 Anda adalah dari makanan alami. American Heart Association Guidelines (AHA) merekomendasikan Anda mengonsumsi dua porsi ikan perminggu.
6. Kava-Kava: Bisa Membahayakan Hati Anda
Kava-kava adalah ramuan yang berasal dari akar tanaman Piper methysticum, dan biasa digunakan untuk mengobati kecemasan dan insomnia dengan hasil yang beragam.
Sebuah studi pada 2014 yang dimuat dalam Osteopathic Family Physician menemukan bahwa tumbuh-tumbuhan termasuk kava-kava bisa memainkan peran penting dalam pengobatan insomnia.
Namun, kava-kava dapat memiliki efek samping yang serius. Menurut United States National Library of Medicine, "Produk yang diberi label "mengandung kava" telah dikaitkan dengan perkembangan risiko cedera hati yang parah dan bahkan fatal."
Pada bulan Maret 2002 US Food and Drug Administration mengeluarkan peringatan tentang efek kava-kava pada hati. Kava-kava juga telah dikaitkan dengan kejang otot yang abnormal, ketika berinteraksi dengan sejumlah obat seperti antikonvulsan, obat antipsikotik, dan obat yang digunakan untuk penyakit Parkinson.
7. Soy Isolate: Hati-hati dengan Estrogen
Tahu, tempe, dan susu kedelai adalah sumber protein, serat, dan sejumlah mineral. Beberapa wanita juga mengonsumsi kedelai dalam bentuk suplemen untuk meredakan gejala menopause.
Namun, penelitian menunjukkan bahwa estrogen di dalam suplemen kedelai dapat berkontribusi terhadap peningkatan risiko kanker payudara.
The American Cancer Society mencatat, "Penelitian mengenai hubungan antara kedelai dan kanker sangat kompleks, kontroversial, dan terus berkembang."
"Jika Anda khawatir tentang risiko kanker payudara, tinggalkan suplemen kedelai dan makan saja produk kedelai alami," kata Millstine. "Asupan kedelai dari makanan belum terbukti menimbulkan efek apapun."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.