Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/08/2016, 11:00 WIB
Kontributor Health, Dhorothea

Penulis

KOMPAS.com  Ada banyak mitos yang mengatakan hal-hal yang membuat kita sakit, misalnya pergi keluar saat suhu dingin. Riset baru mengungkapkan, waktu-waktu ketika infeksi dimulai berperan penting menentukan keparahan sebuah penyakit.

Periset menemukan bahwa tikus yang terinfeksi virus pada pagi hari, virus tersebut memperbanyak diri di dalam sel lebih banyak dibandingkan tikus yang terinfeksi virus yang sama pada waktu belakangan. (Virus menyebar lewat tubuh setelah mereka memperbanyak diri di dalam sel).

Perbedaan jumlah virus itu terjadi karena ritme sirkadian atau jam biologis tikus. Demikian menurut studi yang diterbitkan di Journal Proceedings of the National Academy of Sciences.

Peneliti mencatat dalam jurnal tersebut, ketika kita tidur dan bangun, ritme sirkadian membantu mengatur beberapa aspek dari sistem kekebalan tubuh.

Karena studi masih dilakukan pada tikus, bukan pada manusia, masih belum jelas apakah hasilnya juga akan demikian pada manusia.

Tentu saja sistem kekebalan tubuh mengalami perbaikan pada saat fase istirahat dalam ritme sirkadian dan sangat kuat melawan patogen pada saat fase aktif.

Dalam eksperimen tersebut, periset menginfeksi tikus normal dengan virus herpes. Kemudian mereka mengukur perbanyakan virus di dalam sel hewan tersebut. Tikus itu punya jadwal 24 jam, 12 jam siang hari dan 12 jam malam hari.

Mereka menemukan perbanyakan virus 10 kali lebih besar pada tikus yang terinfeksi virus di "waktu matahari terbit" dibandingkan dengan virus yang menginfeksi jam 10 di siang hari.

Peneliti menemukan replikasi virus 10 kali lebih besar pada tikus yang terinfeksi pada "matahari terbit" dibandingkan yang terinfeksi pada pukul 10 siang hari. (Tikus yang aktif pada malam hari, "matahari terbit" adalah waktu mereka untuk fase istirahat). Pukul 10 siang hari menandakan mulainya fase aktif, menurut studi tersebut.

Ketika periset mengulangi eksperimen dengan tikus yang direkayasa kehilangan gen yang berhubungan dengan ritme sirkadian, mereka menemukan perbanyakan virus tetap tinggi tak memandang waktu ketika tikus tersebut terinfeksi.

Riset sebelumnya membuktikan, tipe lain patogen seperti parasit yang menyebabkan malaria terbukti menyinkronisisasi siklus perbanyakan mereka dengan jam biologis sel.

"Waktu dalam hari terjadinya infeksi dapat berdampak penting terhadap kerentanan kita pada penyakit atau pada replikasi virus. Ini artinya infeksi di waktu yang salah dapat menyebabkan infeksi akut yang lebih parah," ujar Akhilesh Reddy, seorang ahli ilmu saraf dari University of Cambridge, Inggris, dan ilmuwan senior dalam penelitian ini.

Penemuan ini mungkin membantu menjelaskan jenis-jenis orang tertentu, termasuk karyawan yang punya shift kerja sangat rentan terkena infeksi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau