Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/06/2016, 17:39 WIB
Kontributor Health, Dhorothea

Penulis

Sumber Daily Mail

KOMPAS.com - Ilmuwan dari Yale University mengatakan mereka terkejut menemukan hubungan antara masalah pencernaan itu dengan infeksi menular seksual, herpes.

Mereka yang terdiagnosa herpes juga melaporkan penyakit-penyakit yang tampaknya tak terkait seperti sembelit dan ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih. 

Peneliti yang dipimpin Profesor Akiko Iwasaki menginvestigasi menggunakan tikus di mana mereka terinfeksi herpes simplex virus-1, penyebab utama herpes kelamin di AS.

Mereka menemukan virus herpes menyebar dari kelamin ke saraf di saraf tulang belakang. Dari situ, virus itu menyebar ke neuron di usus dan membunuh mereka.

Kerusakan yang terjadi di saraf usus itu mengganggu pergerakan di saluran pencernaan makanan kita. Hal itu memperlebar usus dan mendatangkan sembelit.

Profesor Iwasaki mengatakan,"Hal utama dari penemuan ini adalah ada infeksi tak diharapkan di dinding usus setelah terjadi infeksi herpes."

"Anggota keluarga virus herpes yang lain, termasuk virus Epstein-Barr, virus cacar dan cytomegalovirus ditemukan di neuron usus manusia dengan sembelit kronis yang tak dapat dijelaskan sebabnya. Ketika dokter tak dapat menjelaskan penyebab penyakit pencernaan kronis ini, salah satu penyebab yang harus dicari adalah infeksi virus," lanjutnya.

Periset mencatat bahwa efek pada tikus berbeda dengan yang terjadi pada manusia dengan herpes, studi ini mengungkapkan proses terjadinya penyakit yang sebelumnya belum diketahui.

Herpes kelamin adalah infeksi lazim dan sebagian besar orang tidak tahu mereka mengalami penyakit itu. Penyakit menular lewat seks ini disebabkan oleh dua jenis virus, herpes simplex tipe 1 dan herpes simplex tipe 2. Di AS sekitar satu dari enam orang usia 14-48 tahun memiliki herpes kelamin ini.

Penyakit itu menular lewat seks anal, oral dan vaginal. Cairan yang ditemukan di luka herpes seperti coldsore membawa virus tersebut dan bersentuhan dengan orang yang memiliki cairan tersebut dapat tertular.

Mungkin juga tertular virus tersebut dari pasangan seks yang sudah terinfeksi yang dari tubuhnya tak memiliki luka terlihat atau tidak tahu mereka terinfeksi. Hal ini karena virus tersebut dapat keluar lewat kulit dan menyebar.

Penemuan ini diterbitkan di jurnal Cell Host and Microbe.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau