MALANG, KOMPAS.com - Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Puan Maharani mengatakan, salah satu kendala keberhasilan program Keluarga Berencana (KB) adalah tingginya angka putus pakai kontrasepsi yang mencapai 27,1 persen.
Angka putus pakai kontrasepsi ini menyebabkan banyaknya kehamilan yang tidak direncanakan. Menghindari angka putus pakai, Puan mendorong penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang.
"Penggunaan kontrasepsi jangka panjang seperti IUD, implan, metode operasi pria dan operasi wanita perlu didorong penggunaannya untuk menekan angka putus pakai kontrasepsi dan mendukung program KB jangka panjang," kata Puan dalam peringatan Hari Kontrasepsi Sedunia di Poncokusumo, Kabupaten Malang, Selasa (27/9/2016).
Puan mengungkapkan, penyebab putus pakai umumnya karena lupa dan tidak cocok dengan metode kontrasepsi yang digunakan. Padahal, banyak pilihan kontrasepsi yang bisa digunakan untuk menciptakan keluarga berencana yang sehat dan sejahtera.
"Alasannya sepele, tetapi dampaknya luas, bikin bonus demografi tanpa rencana," lanjut Puan.
Berdasarkan survei, sebenarnya 98 persen pasangan usia subur mengetahui program KB, tetapi hanya 57 persen yang mengikuti program KB. Program KB nasional berdasarkan contraceptive prevelance rate dengan metode modern juga tidak mengalami perkembangan selama 15 tahun terakhir.
Menurut Puan, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) harus membuat terobosan baru. Edukasi dan sosialisasi program KB juga harus terus digalakkan.
Ia mengatakan, kebanyakan masyarakat yang memiliki banyak anak justru berada di kalangan ekonomi rendah yang kurang mendapat pendidikan. Menurut Puan, salah satu langkah menyukseskan program KB, juga dengan mendorong para ibu rumah tangga lebih produktif dalam bekerja.
Puan menceritakan, ibu rumah tangga yang tidak bekerja cenderung memiliki anak yang banyak. Sementara itu, ibu-ibu yang memiliki pekerjaan sampingan, seperti mengikuti kegiatan UMKM, rata-rata hanya memiliki dua anak.
Puan mengatakan, hal ini telah terbukti di wilayah Ponorogo yang memiliki angka kesehatan ibu dan anak cukup baik. Menurut Puan, penyebabnya karena banyak ibu-ibu di Ponorogo yang bekerja membantu perekonomian keluarga, tetapi tidak meninggalkan tanggung jawab rumah tangganya.
"Jadi kalau di sini ada penyuluh KB, mungkin dalam penyuluhannya perlu ditambah bagaimana meningkatkan produktivitas dalam membangun semangat ibu-ibu bisa produktif sehingga enggak diam di rumah terus," kata Puan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.