Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pro dan Kontra Pengggunaan Epidural Saat Melahirkan

Kompas.com - 04/11/2016, 11:15 WIB
Lily Turangan

Penulis

Sumber SELF

KOMPAS.com - Melahirkan itu sakit. Tidak ada pengecualian untuk hal ini. Untungnya, berkat penemuan medis modern, sekarang sudah ada beberapa pilihan untuk mengontrol rasa nyeri akibat proses melahirkan.

Selama ini, mayoritas rasa nyeri selama persalinan diatasi dengan obat bius epidural yang membuat tubuh bagian pinggang ke bawah mati rasa. Tapi, adakah risiko negatif dari penggunaan epidural?

Sebagian wanita memilih menggunakan epidural saat melahirkan dan sebagian lagi tidak. "Yang tidak menginginkan obat bius merasa bahwa melahirkan adalah sebuah proses pemberdayaan. Mereka ingin merasakan sepenuhnya pahit getir proses melahihrkan," kata Jacques Moritz, M.D., dokter kebidanan dan kandungan di New York Presbyterian dan Weill Cornell Medical Center.

Wanita lain ingin menghindari epidural, karena mereka khawatir tentang keselamatan anestesi untuk diri dan bayinya.

Ada juga kontroversi yang mengatakan bahwa penggunaan epidural pada persalinan normal, akhirnya hanya akan menyebabkan ibu harus bersalin dengan cara Caesar.

Keputusan untuk menggunakan epidural atau tidak, adalah keputusan pribadi. Dan sebelum memutuskan, ada yang perlu Anda ketahui tentang risiko dan manfaat penggunaan epidural.

Tujuan dari epidural adalah untuk mengurangi nyeri selama persalinan. Epidural juga membantu jika bayi terjebak di jalan lahir dan harus ditarik keluar menggunakan tang atau instrumen lainnya. "Proses penarikan ini sangat menyakitkan," kata Moritz.

Di luar manfaatnya, pernah ada penelitian yang menunjukkan bahwa pemberian epidural pada awal persalinan dapat meningkatkan kesempatan wanita menjalani operasi Caesar darurat. Namun, penelitian lain yang lebih baru menunjukkan bahwa hal itu tidak benar.

Penelitian di atas mengatakan bahwa epidural akan membuat tenaga dorongan menjadi kurang efektif, sehingga waktu persalinan menjadi lebih lama.

Hal ini bisa menyebabkan denyut jantung janin menjadi abnormal dan kadar oksigen turun. Akibatnya, dokter harus melakukan pembedahan atau operasi Caesar.

Namun, beberapa penelitian secara acak dan meta-analisis yang dilakukan dalam dekade terakhir ini, menemukan tidak ada bukti kuat bahwa epidural meningkatkan kebutuhan untuk operasi Caesar.

Bahkan, American Congress Obstetrians and Gynecologists (ACOG), sebuah badan nirlaba kesehatan wanita di AS, mengatakan agar seharusnya wanita tidak membiarkan rasa takut memengaruhi metode penghilang rasa sakit yang mereka pilih.

Bagaimanapun, epidural dapat memperpanjang tahap persalinan, karena membuat sesi mendorong menjadi kurang efektif seperti disebutkan di atas. Sebuah penelitian terbaru menemukan, bahwa beberapa wanita mengalami perpanjangan waktu hingga dua jam.

Tapi penting juga untuk diingat, ada banyak faktor lain yang dapat memerpanjang proses persalinan. Mungkin saja, wanita-wanita di dalam penelitian itu mengalami masalah lain yang menyebabkan mereka kesulitan di awal persalinan, sehingga dokter menawarkan epidural.

 

Sekarang ini, sudah ada lebih banyak pilihan anestesi untuk memermudah proses persalinan. "Teknologi kedokteran sudah mampu untuk mempertahankan fungsi motorik sambil tetap menghalangi respon nyeri," kata Michael Cackovic, M.D., Dokter kebidanan dan kandungan di Wexner Medical Center Ohio State. Penggunaan epidural juga tetap dikontrol selama proses persalinan berlangsung.

"Ketika saatnya bagi ibu untuk mendorong, kami bisa mengurangi atau bahkan menghentikan anastesi dan membiarkan sensasi fisik terjadi sehingga pasien dapat merasakan apa yang sedang terjadi dengan tubuhnya," kata Moritz.

"Secara umum, kami mencoba untuk melihat apakah Anda dapat menangani sensasi sakit di awal-awal persalinan dan apakah Anda memerlukan induksi. Dokter menunggu sampai Anda masuk ke tahap persalinan yang sebenarnya yaitu pada bukaan tiga atau empat untuk memastikan tubuh mampu berkontraksi dengan normal."

Pada beberapa kasus, pemberian epidural di tengah proses persalinan dapat benar-benar membantu memercepat bayi keluar.

“Epidural membantu meredakan ketegangan terutama di bagian otot panggul, sehingga tubuh lebih mampu melebarkan jalan lahir," jelas Moritz.

Efek menguntungkan ini akan lebih terasa jika wanita menunggu sampai ujung proses, setelah itu baru menerima epidural.

Risiko dari epidural sangat minim untuk bayi Anda

Beberapa bukti menunjukkan, bahwa wanita yang mendapat epidural lebih berisiko mengalami demam selama persalinan sehingga berisiko pula bayi mendapat antibiotik yang tidak diperlukan. Kelebihan penggunaan antibiotik bukanlah sesuatu yang ideal walau tidak berbahaya.

Adalah normal bagi seseorang untuk mengalami penurunan tekanan darah setelah dianestesi dan ini bisa berdampak pada bayi jika tidak diobati.

"Untungnya, kasus seperti ini mudah sekali penanganannya. Cukup dengan injeksi intravena (IV medication). Kebanyakan tenaga medis sudah memahami hal ini," kata Hinson.

Biasanya, risiko bagi ibu akan lebih serius walau sangat jarang terjadi. "Risiko terbesar adalah sakit kepala pasca-epidural," kata Hinson. "Diperkirakan hanya satu sampai tiga persen ibu yang mengalami risiko sakit kepala ini."

Pemulihan pasca persalinan

Dalam kebanyakan kasus, pemulihan pascapersalinan tidak dipengaruhi oleh epidural. "Efek epidural berakhir dengan cepat dalam waktu satu jam atau lebih sedikit," kata Cackovic.

Beberapa wanita mungkin khawatir bahwa epidural akan menyebabkan nyeri punggung, karena injeksi diberikan di bagian belakang tubuh.

Jawaban atas kekhawatiran ini adalah, epidural hanya menyebabkan sakit sementara seperti layaknya ketika Anda diinfus di tangan atau di bagian tubuh yang lain. Yang jelas, penelitian mengatakan bahwa epidural tidak menyebabkan sakit punggung.

Ada juga sebuah penelitian yang menemukan bahwa wanita yang mendapat epidural cenderung lebih sedikit mengalami depresi postpartum. Namun, penelitian yang lebih terbaru dan dengan skala lebih besar menemukan hal yang sebaliknya, yaitu epidural meningkatkan risiko depresi postpartum.

Perbedaan hasil penelitian menyebabkan para dokter sulit untuk menarik kesimpulan yang solid. Apalagi, ada banyak hal lain yang dapat memengaruhi risiko depresi postpartum, misalnya dukungan keluarga, gizi, sensitivitas hormon, dan lain sebagainya.

Setelah mengetahui plus dan minusnya epidural berdasarkan ilmu pengetahuan, kami menyarankan Anda berkonsultasi dengan dokter sebelum menentukan, apakah nanti saat melahirkan Anda mau menggunakannya atau tidak.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau