Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Histamin, Biang Ratusan Warga Jember Keracunan Ikan Tongkol

Kompas.com - 04/01/2020, 11:00 WIB
Mahardini Nur Afifah,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

Pembentukan histamin dapat terjadi di sepanjang rantai pasokan ikan dan produk ikan.

Mulai ikan ditangkap nelayan, dibawa berlayar sampai ke pelabuhan, dijajakan pedagang, sampai ke dapur.

Dari hasil penelitian, keracunan histamin terdeteksi di sampel ikan yang dibiarkan di suhu ruangan selama 24 jam.

Namun, histamin tidak terdeteksi saat sampel ikan disimpan di suhu dua derajat Celcius sepanjang tujuh hari.

Baca juga: Viral Teknik Masak 5 30 7, Ini Kata Ahli Gizi

Gejala keracunan histamin

Keracunan histamin dipicu konsumsi makanan yang mengandung histamin cukup tinggi.

Misalkan, mengonsumsi ikan berbobot 250 gram. Atau kadar histamin lebih dari 200 miligram per kilogram.

Orang yang mengalami keracunan histamin biasanya mengalami:

  • Kesemutan
  • Merasakan sensasi terbakar di sekitar mulut
  • Muka memerah
  • Berkeringat
  • Mual
  • Muntah
  • Sakit kepala
  • Jantung berdebar
  • Pusing
  • Ruam
  • Kasus yang parah bisa sampai memicu serangan asma dan jantung

Seperti keracunan makanan pada umumnya, gejala keracunan histamin muncul setelah beberapa jam konsumsi ikan.

Gejala tersebut biasanya dapat hilang dalam 12 jam dan tidak disertai efek jangka panjang.

Namun, untuk memastikan kondisi kesehatan sebaiknya segera berkosultasi pada ahli medis.

Kiat agar ikan aman dari keracunan histamin

Kandungan histamin bisa meningkat sebelum ikan membusuk dengan tanpa bau atau rasanya tidak sedap.

Kita dapat menjaga kandungan histamin ikan dan produk olahan ikan tidak meroket lewat berbagai cara.

Untuk produsen atau pedagang:

Kontrol suhu dan durasi ikan di ruang terbuka sebelum diolah terjaga.

Mulai rantai pasokan ikan paling awal dari nelayan sampai bahan makanan siap diolah.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com