KOMPAS.com - Nama penyakit pneumonia mungkin masih asing di telinga Anda. Ya, banyak orang lebih mengenal penyakit ini dengan istilah paru-paru basah.
Pneumonia adalah infeksi yang menyerang kantung udara di satu atau kedua paru-paru.
Infeksi tersebut mengakibatkan kantung udara dapat terisi dengan cairan atau nanah. Sehingga, penderita mengalami gejala seperti batuk berdahak atau nanah, demam, kedinginan, dan kesulitan bernapas.
Pneumonia bisa disebabkan oleh berbagai organisme termasuk bakteri, virus, dan jamur.
Siapapun bisa mengalami penyakit ini. Perokok, orang tua, dan mereka yang mengidap penyakit paru-paru kronis paling berisiko terserang pneumonia.
Selain itu, orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah karena kemoterapi juga berisiko terjangkit pneumonia sitomegalovirus.
Baca juga: Mengenal Coronavirus yang Diduga Biang Wabah Pneumonia di China
Melansir Mayo Clinic, tanda dan gejala pneumonia bervariasi dari ringan hingga berat, tergantung pada faktor-faktor penyebab infeksi, usia dan kondisi kesehatan secara keseluruhan.
Pada pasien dengan pneumonia ringan, biasanya mengalami gejala yang seringkali mirip dengan gejala flu atau pilek tetapi bertahan lebih lama.
Berikut gejala umum yang kerap terjadi pada pasien pneumonia:
Umumnya, orang yang mengidap pneumonia dapat sembuh setelah mendapatkan perawatan rumah sakit selama 1-3 minggu.
Meski begitu, merangkum dari SehatQ, penyakit ini juga bisa menyebabkan kematian akibat komplikasi.
Beberapa kelompok yang lebih mudah terserang komplikasi akibat penyakit ini seperti bayi dan balita, lansia di atas usia 65 tahun, perokok, serta orang yang sebelumnya juga pernah mengalami penyakit pernapasan.
Penyakit pneumonia sendiri menduduki peringkat nomor satu dalam daftar penyakit yang paling banyak membunuh anak berusia 5 tahun ke bawah.
Baca juga: Apa Itu Pneumonia, Penyakit yang Membunuh 19.000 Balita di Indonesia?
Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada penyakit pneumonia.
Akibat komplikasi tersebut, sebanyak 30 persen penderita pneumonia yang menjalani perawatan intensif, tetap berisiko mengalami kondisi fatal.