Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/01/2020, 13:03 WIB
Mahardini Nur Afifah

Penulis

KOMPAS.com - Virus korona atau coronavirus jenis baru mewabah dari Wuhan, China, sejak Desember 2019.

Pada awal Januari 2020, Organisasi Kesehatan Dunia WHO mengidentifikasi virus asal China tersebut sebagai 2019 novel coronavirus (2019-nCoV).

Melansir CNN, otoritas kesehatan China menyebut virus yang dapat menyebabkan penyakit radang paru-paru (pnemuonia) itu dapat menular dari manusia ke manusia.

WHO meminta semua pihak waspada dan mengantisipasi penyebaran virus misterius sejenis MERS and SARS itu.

Baca juga: 4 Fakta Terbaru Virus Corona nan Mematikan Asal China

Apa itu virus corona?

Virus korona atau coronavirus kali pertama terdeteksi pada 1960-an.

Dilansir dari Healthline, corona atau korona seperti namanya secara harfiah berarti mahkota.

Coronavirus atau virus korona adalah kumpulan virus yang berbentuk mahkota saat dilihat di bawah mikroskop.

Melansir Guardian, coronavirus dari China belum pernah ditemukan sebelumnya.

Seperti virus korona lainnya, coronavirus asal China juga berasal dari hewan. Kemungkinan dari hewan yang dijual di pasar setempat.

Sebelum virus misterius ini muncul di China dan menyebar ke Jepang, Thailand, Korea Selatan, sampai Amerika Serikat (AS), coronavirus jenis berbeda juga pernah mewabah.

Antara lain menyebabkan severe acute respiratory syndrome (SARS) atau sindrom pernapasan akut parah yang merebak dari China pada 2003 lalu.

Selain itu, coronavirus juga menjadi biang penyakit Middle Eastern Respiratory Syndrome (MERS) atau sindrom pernapasan Timur Tengah, sejak ditemukan di Arab Saudi pada 2012.

Kedua penyakit akibat virus korona yang berasal dari hewan itu juga sempat menyebar dan menimbulkan kepanikan global.

Gejala penyakit akibat coronavirus

Coronavirus dapat menyebabkan pneumonia atau radang paru-paru. Beberapa penderita penyakit ini dilaporkan mengalami gejala:

  • Batuk
  • Pilek
  • Demam
  • Sakit tenggorokan
  • Terkadang disertai sakit kepala
  • Sesak napas

Gejala coronavirus sekilas mirip flu atau infeksi saluran pernapasan atas biasa.

Kendati demikian, infeksi coronavirus dapat menyebar ke saluran pernapasan bagian tenggorokan dan paru-paru dan berdampak fatal.

Terutama, bagi orang berusia lebih dari 40 tahun, orang dengan penyakit jantung, atau orang yang kekebalan tubuhnya sedang lemah.

Orang yang diduga terinfeksi virus korona perlu menjalani uji kultur hidung dan tenggorokan serta tes darah di laboratorium untuk memastikannya.

Baca juga: Virus Mematikan asal China Mewabah, Ini Cara Cegah Tertular Versi WHO

Penyebaran coronavirus

Virus korona awalnya menyebar dari kontak manusia dengan hewan. Menurut WHO, MERS awalnya ditularkan dari unta. Sedangkan SARS, ditularkan dari musang.

Penularan virus dari manusia ke manusia dapat terjadi lewat cipratan dahak batuk dan bersin.

Coronavirus dapat menyebar saat orang menyentuh sesuatu yang telah disentuh penderita infeksi, lantas orang tersebut tanpa sengaja menyentuh bagian mulut, hidung, atau mengucek mata.

Cara mencegah tertular coronavirus

Melansir Web MD, hingga kini belum ada vaksin pencegahan coronavirus. Namun, ada beberapa langkah pencegahan yang bisa dilakukan untuk mencegah tertular virus korona. Antara lain:

  • Cuci tangan dengan sabun atau cairan pembersih tangan bebas kuman, paling tidak selama 20 detik
  • Jauhkan tangan dari mata, mulut, hidung
  • Hindari kontak dengan orang yang terinfeksi virus korona
  • Tutup bagian mulut dan hidung saat batuk dan bersin

Selain itu, orang yang terinfeksi coronavirus juga perlu perawatan, antara lain:

  • Cukup istirahat
  • Cukup cairan
  • Minum obat untuk mengatasi infeksi.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya
79 Persen Wilayah Indonesia Bebas Malaria, Menkes Optimistis Eliminasi Kasusnya
79 Persen Wilayah Indonesia Bebas Malaria, Menkes Optimistis Eliminasi Kasusnya
Health
Prevalensi Anemia Defisiensi Besi pada Anak Tinggi, IDAI Sebut Ini Efeknya…
Prevalensi Anemia Defisiensi Besi pada Anak Tinggi, IDAI Sebut Ini Efeknya…
Health
Pengobatan Penyakit Sel Sabit: Ada Obat Harian dan Terapi Gen
Pengobatan Penyakit Sel Sabit: Ada Obat Harian dan Terapi Gen
Health
Hari Sel Sabit Sedunia: Kenali Gejala Awal dan Tanda Darurat Penyakit Sel Sabit
Hari Sel Sabit Sedunia: Kenali Gejala Awal dan Tanda Darurat Penyakit Sel Sabit
Health
Dokter Peringatkan Kurang Tidur Bisa Sebabkan Hipertensi
Dokter Peringatkan Kurang Tidur Bisa Sebabkan Hipertensi
Health
Hari Sel Sabit Sedunia: Mutasi Genetik Jadi Akar Penyebab Penyakit Sel Sabit
Hari Sel Sabit Sedunia: Mutasi Genetik Jadi Akar Penyebab Penyakit Sel Sabit
Health
IDAI: Anemia Bisa Rusak Otak Anak dan Turunkan Kecerdasan, Ini Langkah Pencegahannya
IDAI: Anemia Bisa Rusak Otak Anak dan Turunkan Kecerdasan, Ini Langkah Pencegahannya
Health
Kepala BGN: MBG Jadi Solusi Anak Bisa Minum Susu dan Makan Bergizi
Kepala BGN: MBG Jadi Solusi Anak Bisa Minum Susu dan Makan Bergizi
Health
Hari Sel Sabit Sedunia: Penyakit Langka yang Diam-diam Merenggut Nyawa di Usia Muda
Hari Sel Sabit Sedunia: Penyakit Langka yang Diam-diam Merenggut Nyawa di Usia Muda
Health
700 Lebih Kasus Hamil di Bawah Umur di Lombok Timur, Dokter: Ini Berisiko Tinggi
700 Lebih Kasus Hamil di Bawah Umur di Lombok Timur, Dokter: Ini Berisiko Tinggi
Health
Bahaya Anemia: Tubuh Terlihat Sehat tapi Kekurangan Zat Besi
Bahaya Anemia: Tubuh Terlihat Sehat tapi Kekurangan Zat Besi
Health
Ada 179 Kasus Covid-19 di Indonesia per Minggu ke-24 2025
Ada 179 Kasus Covid-19 di Indonesia per Minggu ke-24 2025
Health
20 Ribu Lebih Orang Indonesia Terkena Sifilis, Kenali Ini Gejalanya…
20 Ribu Lebih Orang Indonesia Terkena Sifilis, Kenali Ini Gejalanya…
Health
4,97 Juta Orang Telah Terima Makan Bergizi Gratis, Ribuan Tenaga Kerja Terlibat
4,97 Juta Orang Telah Terima Makan Bergizi Gratis, Ribuan Tenaga Kerja Terlibat
Health
Waspadai Tekanan Darah Tinggi, Ini Pertolongan Pertama Jika Pasien Tak Sadarkan Diri
Waspadai Tekanan Darah Tinggi, Ini Pertolongan Pertama Jika Pasien Tak Sadarkan Diri
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau