KOMPAS.com - Secara umum hampir semua kanker menimbulkan gejala nyeri, terutama jika sel kankernya telah menyebar luas.
Sebagian besar nyeri kanker disebabkan oleh tumor yang menekan tulang, saraf, atau organ lain di dalam tubuh.
Terkadang rasa sakit juga disebabkan oleh perawatan kanker yang diderita. Misalnya, beberapa obat kemoterapi bisa menyebabkan mati rasa hingga kesemutan di tangan dan kaki pengidap kanker.
Baca juga: Kenali 5 Faktor Risiko Kanker Sebelum Terlambat
Bukan hanya itu, pengobatan kanker juga dapat menyebabkan sensasi terbakar di bagian tubuh yang disuntikan obat. Sementara, radioterapi bisa menyebabkan kemerahan dan iritasi kulit.
Cancer Research UK membagi nyeri kanker menjadi dua tingkatan, yakni nyeri akut dan nyeri kronis. Berikut perbedaannya:
1. Nyeri akut
Nyeri akut disebabkan oleh kerusakan yang disebabkan oleh cedera dan cenderung hanya berlangsung singkat. Misalnya, menjalani operasi dapat menyebabkan nyeri akut.
Rasa sakit tersebut bisa hilang saat lukanya sembuh. Nyeri akut juga dapat terkendali setelah mengonsumsi obat penghilang rasa sakit.
2. Nyeri kronis
Nyeri kronis disebabkan oleh perubahan pada saraf. Perubahan saraf mungkin karena kanker menekan saraf atau karena bahan kimia yang diproduksi oleh tumor.
Nyeri kronis juga dapat disebabkan oleh perubahan saraf karena perawatan kanker.
Nyeri kronis bisa berlanjut lama setelah cedera atau perawatan berakhir. Terkadang, rasa sakit bisa datang dengan tiba-tiba dan dengan cepat.
Misalnya, ketika seorang penderita kanker sedang mengganti pakaian atau bergerak. Jenis nyeri ini kerap juga disebut dengan insiden nyeri.
Baca juga: Apakah Kanker Bisa Disembuhkan?
Rasa nyeri yang dirasakan penderita kanker bisa berbeda antara satu orang dengan orang lainnya.
Hal itu antara lain dipengaruhi oleh: