Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Penderita DBD Harus Selalu Dirawat di Rumah Sakit?

Kompas.com - 06/02/2020, 18:06 WIB
Mahardini Nur Afifah

Penulis

KOMPAS.com - Banyak orang khawatir begitu divonis menderita penyakit demam berdarah dengue (DBD).

Biasanya, penyakit yang ditularkan lewat gigitan nyamuk Aedes aegypti betina atau Aedes albopictus ini identik dengan opname atau dirawat di rumah sakit.

Benarkah demikian?

Baca juga: 5 Cara Meningkatkan Daya Tahan Tubuh untuk Cegah DBD

Menurut dr. Leonard Nainggolan Sp.PD-KPTI, penderita penyakit DBD wajib mendapatkan pemeriksaan medis.

Tujuan pemeriksaan medis untuk memantau kondisi kesehatan pasien dan menghindari kegawatdaruratan.

Leonard menyebut pasien yang kondisinya stabil dan kadar trombosit dalam darahnya lebih dari 100.000, boleh berobat jalan atau dirawat di rumah.

Untuk perawatan di rumah, pasien biasanya diberi obat penurun demam, pereda nyeri, serta cukup minum.

Namun, kondisi pasien DBD tetap perlu dipantau. Jika kondisi tubuh drop, penderita DBD segera dibawa ke rumah sakit.

Baca juga: Cara Mengobati Demam Berdarah (DBD)

Anggota Peneliti Penyakit Tropik dan Infeksi Indonesia ini menyebut, pasien DBD wajib dirawat di rumah sakit saat kondisinya menunjukkan gejala kegawatan.

Beberapa tanda pasien DBD dalam kondisi darurat antara lain:

  • Mengalami penurunan kesadaran
  • Tidak bisa makan dan minum dengan normal
  • Kadar hematokrit meningkat
  • Menunjukkan gejala syok

"Kalau ada tanda-tanda itu, harus dirawat di rumah sakit, berapa pun kadar trombositnya," ujarnya, seperti dilansir dari pemberitaan Kompas.com (9/10/2017).

Pentingnya pemantauan intensif

Tak hanya perawatan, pasien DBD perlu dipantau atau diawasi secara intensif.

Melansir buku Demam Berdarah (2004) oleh Dr. Hindra I. Satari, Sp.A(K) dan Mila Meiliasari, suhu tubuh penderita DBD perlu diperiksa secara berkala.

Selain itu, dokter juga akan memeriksa kondisi kesadaran, tekanan darah, denyut nadi, sampai frekuensi napas.

Pemantauan ini penting untuk menghindari gejala kegawatan seperti muntah terus-menerus, kejang, mimisan, atau pendarahan lainnya.

Baca juga: Kapan Masa Kritis Demam Berdarah (DBD)?

Saat penderita DBD dirawat di rumah sakit, pasien biasanya diberi asupan cairan untuk menghindari dehidrasi.

Jika pemberian cairan melalui mulut tidak mencukupi karena derajat kebocoran plasma cukup berat, pemberian cairan akan dilakukan lewat infus.

Pemberian cairan lewat infus biasanya diberikan selama satu sampai dua hari, hingga kondisi fisik pasien stabil.

Anda bisa memberikan dukungan penyembuhan dengan cara menenangkan pasien dan membuat kondisi sekitar nyaman.

Sumber: Kompas.com (Penulis/Editor : Lusia Kus Anna)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau