KOMPAS.com – Autisme adalah kelainan yang terjadi pada seseorang yang tidak mengalami perkembangan normal, khususnya dalam hubungan dengan orang lain.
Istilah autisme pertama kali diperkenalkan oleh Leo Kanner, seorang psikiater dari Harvard, pada tahun 1943.
Autisme bisa mengenai siapa saja, baik yang miskin atau kaya, anak-anak atau orang dewasa, dan semua etnis.
Baca juga: Terapi Pelihara Kucing Ampuh Tingkatkan Kemampuan Sosial Anak Autisme
Autisme bisa terjadi sejak seseorang masih muda, biasanya akan terdeteksi saat memasuki usia 2-3 tahun.
Melansir buku Autisme: Suatu Gangguan Jiwa pada Anak-anak (2007) oleh dr. Faisal Yatim DTM&H, MPH, gejala-gejala autisme bisa bervariasi antara satu orang dengan orang lainnya.
Beratnya gejala pada setiap kasus tergantung pada:
Namun, sedikitnya ada 4 ciri utama seseorang bisa didiagnosis mengalami autisme, yakni:
dr. Faisal mengungkapkan penyebab terjadinya autisme belum diketahui secara pasti. Hanya, diperkirakan autisme terjadi karena adanya kelainan dari sistem saraf (neurologi).
Baca juga: Tumor Otak: Gejala, Jenis, Penyebab, Faktor Risiko, dan Cara Menangani
Penelitian tentang penyebab dan pengobatan autisme juga masih pada taraf awal, meski di beberapa negara maju sudah sejak lama mengenal dan mengelola gangguan mental tersebut.
Pendapat yang sudah menjadi konsesus bersama para ahli belakangan ini mengakui bahwa autisme diakibatkan oleh terjadinya kelainan fungsi luhur di daerah otak.
Kelainan fungsi tersebut bisa disebabkan oleh bermacam trauma, seperti:
Dalam buku Kenali Autisme Sejak Dini (2010) karya Huzaemah, beberapa ahli setelah melakukan penelitian, menyatakan bahwa bibit autis telah ada jauh hari sebelum bayi dilahirkan, bahkan sebelum dilakukan vaksinasi.
Kelainan itu dikonfirmasi dalam hasil pengamatan beberapa keluarga melalui gen autisme.
Patricia Rodier, ahli embrio dari Amerika Serikat menyatakan bahwa korelasi antara autis dan catat lahir yang disebabkan oleh Thalidomide menyimpulkan bahwa kerusakan otak dapat terjadi paling awal 20 hari pada saat pembentukan janin.
Baca juga: Riset Buktikan Perut Buncit Bikin Fungsi Otak Terganggu, Kok Bisa?
Sangat penting untuk mewaspadai gejala autisme sedini mungkin.
Meski tidak bisa disembuhkan, terdapat berbagai metode untuk menangani autisme yang bertujuan agar penderita dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan sehari-hari.
Seseorang yang memperlihatkan perilaku seperti autisme belum tentu mengidap autisme. Perilaku tersebut bisa juga disebabkan oleh adanya gangguan selain autis.
Pemeriksaan klinis dan penunjang lainnya mungkin diperlukan untuk memastikan kemungkinan adanya penyebab lain tersebut.
Ada beberapa jenis pemeriksaan medis yang dapat dilakukan untuk memastikan kondisi autism, di antaranya yakni:
1. Pemeriksaan CT Scan
Pada pemeriksaan CT Scan dan pneumo encephalogram pada anak autisme akan tampak:
Verntrikel lateral otak tidak normal, terutama daerah temporal
Juga terlihat pelebaran ventrikel lateral otak
2. Pemeriksaan histopatologi
Pembentukan sel-sel di daerah hippocampus terlihat tidak normal dan amygdala di kedua sisi otak
3. Pemeriksaan EEG
Terdapat kelainan tidak khas, meskipun kadang-kadang tampak cischarge temporal
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.