Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Autisme: Ciri-ciri, Penyebab, dan Cara Menangani

Kompas.com - 15/02/2020, 15:01 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com – Autisme adalah kelainan yang terjadi pada seseorang yang tidak mengalami perkembangan normal, khususnya dalam hubungan dengan orang lain.

Istilah autisme pertama kali diperkenalkan oleh Leo Kanner, seorang psikiater dari Harvard, pada tahun 1943.

Autisme bisa mengenai siapa saja, baik yang miskin atau kaya, anak-anak atau orang dewasa, dan semua etnis.

Baca juga: Terapi Pelihara Kucing Ampuh Tingkatkan Kemampuan Sosial Anak Autisme

Autisme bisa terjadi sejak seseorang masih muda, biasanya akan terdeteksi saat memasuki usia 2-3 tahun.

Ciri-ciri autisme

Melansir buku Autisme: Suatu Gangguan Jiwa pada Anak-anak (2007) oleh dr. Faisal Yatim DTM&H, MPH, gejala-gejala autisme bisa bervariasi antara satu orang dengan orang lainnya.

Beratnya gejala pada setiap kasus tergantung pada:

  • Umur
  • Inteleensia
  • Pengaruh pengobatan
  • Beberapa kebiasaan pribadi lainnya

Namun, sedikitnya ada 4 ciri utama seseorang bisa didiagnosis mengalami autisme, yakni:

  1. Tidak peduli dengan lingkungan sosialnya
  2. Tidak bisa berekasi normal dalam pergaulan sosialnya
  3. Perkembangan bicara dan bahasa tidak normal (penyakit kelainan mental pada anak atau autistic children)
  4. Reaksi atau pengamatan terhadap lingkungan terbatas atau berulang-ulang dan tidak padan

Penyebab autisme

dr. Faisal mengungkapkan penyebab terjadinya autisme belum diketahui secara pasti. Hanya, diperkirakan autisme terjadi karena adanya kelainan dari sistem saraf (neurologi).

Baca juga: Tumor Otak: Gejala, Jenis, Penyebab, Faktor Risiko, dan Cara Menangani

Penelitian tentang penyebab dan pengobatan autisme juga masih pada taraf awal, meski di beberapa negara maju sudah sejak lama mengenal dan mengelola gangguan mental tersebut.

Pendapat yang sudah menjadi konsesus bersama para ahli belakangan ini mengakui bahwa autisme diakibatkan oleh terjadinya kelainan fungsi luhur di daerah otak.

Kelainan fungsi tersebut bisa disebabkan oleh bermacam trauma, seperti:

  • Sewaktu bayi dalam kandungan, misalnya karena keadaan keracunan kehamilan (toxemia gravidarum), infeksi virus rubella, virus cytimegalo)
  • Kejadian segera setelah lahir (perinatal) seperti kekurangan oksigen (anoksida)
  • Keadaan selama kehamilan seperti pembentukan otak yang kecil, misalnya vermis otak kecil yang lebih kecil (mirkosepali) atau terjadi pengerutan jaringan otak (tuber sclerosis)
  • Mungkin karena kelainan metabolism seperti pada penyakit Addison karena infeksi Tuberkulosa sehingga terjadi bertambahnya pigment tubuh dan kemunduran mental
  • Mungkin karena kelainan kromosom seperti pada sindrom kromosom X yang fragil seperti diberitakan banyak terjadi di Gunuh Kidul. DIY dan sindrom kromosom XYY

Dalam buku Kenali Autisme Sejak Dini (2010) karya Huzaemah, beberapa ahli setelah melakukan penelitian, menyatakan bahwa bibit autis telah ada jauh hari sebelum bayi dilahirkan, bahkan sebelum dilakukan vaksinasi.

Kelainan itu dikonfirmasi dalam hasil pengamatan beberapa keluarga melalui gen autisme.

Patricia Rodier, ahli embrio dari Amerika Serikat menyatakan bahwa korelasi antara autis dan catat lahir yang disebabkan oleh Thalidomide menyimpulkan bahwa kerusakan otak dapat terjadi paling awal 20 hari pada saat pembentukan janin.

Baca juga: Riset Buktikan Perut Buncit Bikin Fungsi Otak Terganggu, Kok Bisa?

Cara menangani

Sangat penting untuk mewaspadai gejala autisme sedini mungkin.

Meski tidak bisa disembuhkan, terdapat berbagai metode untuk menangani autisme yang bertujuan agar penderita dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan sehari-hari.

Seseorang yang memperlihatkan perilaku seperti autisme belum tentu mengidap autisme. Perilaku tersebut bisa juga disebabkan oleh adanya gangguan selain autis.

Pemeriksaan klinis dan penunjang lainnya mungkin diperlukan untuk memastikan kemungkinan adanya penyebab lain tersebut.

Ada beberapa jenis pemeriksaan medis yang dapat dilakukan untuk memastikan kondisi autism, di antaranya yakni:

1. Pemeriksaan CT Scan

Pada pemeriksaan CT Scan dan pneumo encephalogram pada anak autisme akan tampak:

Verntrikel lateral otak tidak normal, terutama daerah temporal
Juga terlihat pelebaran ventrikel lateral otak

2. Pemeriksaan histopatologi

Pembentukan sel-sel di daerah hippocampus terlihat tidak normal dan amygdala di kedua sisi otak

3. Pemeriksaan EEG

Terdapat kelainan tidak khas, meskipun kadang-kadang tampak cischarge temporal

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau