Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berikut Gejala Masuk Angin yang Dapat Berujung Maut

Kompas.com - 27/02/2020, 14:01 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com - Penyakit masuk angin tidak dikenal dalam dunia kedokteran modern.

Istilah masuk angin maupun angin duduk hanya sering digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk menggambarkan rasa tidak enak badan tanpa penyebab yang jelas.

Biasanya, orang-orang yang mengaku menderita masuk angin akan mengeluhkan sejumlah gejala, di antaranya, nyeri otot, sakit kepala, kembung, batuk dan pilek.

Baca juga: Cara Hitung Denyut Nadi Saat Olahraga untuk Cegah Serangan Jantung

"Masuk angin" yang mematikan

Tidak begitu menjadi masalah serius jika masuk angin ternyata hanya gejala myalgia atau istilah medis untuk kondisi pegal-pegal di otot tibuh.

Namun, patut menjadi perhatian jika ternyata masuk angin yang diderita adalah gejala serangan jantung yang mematikan.

Melansir buku Menaklukkan Pembunuh No. 1 (2010) karya Dr. A. Fauzi Yahya, Sp.J.P. (K), FIHA, orang bisa keliru menduga gejala serangan jantung sebagai gejala masuk angin atau angin duduk.

Serangan jantung selama ini memang dikenal memiliki keluhan yang khas, yakni sakit di dada sebelah kiri.

Namun, malah di situlah letak persoalannya.

Selain kemampuan awam yang terbatas dalam menganalisis ciri khas penyakit jantung, variasi intensitas rasa sakit itu sendiri juga dapat mengecoh.

Sebagian penderita serangan jantung memang menyampaikan keluhan khas serangan jantung, yaitu sakit dada sebelah kiri bak terimpit benda berat.

Rasa sakit itu juga bisa menjalar ke lengan dan punggung.

Baca juga: Bagaimana Serangan Jantung yang Bisa Sebabkan Kematian?

Tapi pada kenyatannya, keluhan yang dialami sebagian penderita lain tidak begitu khas.

Sebagai contoh, rasa tidak enak di ulu hati yang disertai dengan keringat dingin atau rasa tercekik di leher.

Penyakit akibat peradangan

Serangan jantung atau dalam terminologi medis dikenal sebagai infark miokard akut (IMA) adalah penyakit akibat peradangan.

Proses peradangan tersebut bukan hanya terjadi secara lokal di jantung, tetapi juga secara sistemik.

Halaman Berikutnya
Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau