KOMPAS.com - Penyakit masuk angin tidak dikenal dalam dunia kedokteran modern.
Istilah masuk angin maupun angin duduk hanya sering digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk menggambarkan rasa tidak enak badan tanpa penyebab yang jelas.
Biasanya, orang-orang yang mengaku menderita masuk angin akan mengeluhkan sejumlah gejala, di antaranya, nyeri otot, sakit kepala, kembung, batuk dan pilek.
Baca juga: Cara Hitung Denyut Nadi Saat Olahraga untuk Cegah Serangan Jantung
Tidak begitu menjadi masalah serius jika masuk angin ternyata hanya gejala myalgia atau istilah medis untuk kondisi pegal-pegal di otot tibuh.
Namun, patut menjadi perhatian jika ternyata masuk angin yang diderita adalah gejala serangan jantung yang mematikan.
Melansir buku Menaklukkan Pembunuh No. 1 (2010) karya Dr. A. Fauzi Yahya, Sp.J.P. (K), FIHA, orang bisa keliru menduga gejala serangan jantung sebagai gejala masuk angin atau angin duduk.
Serangan jantung selama ini memang dikenal memiliki keluhan yang khas, yakni sakit di dada sebelah kiri.
Namun, malah di situlah letak persoalannya.
Selain kemampuan awam yang terbatas dalam menganalisis ciri khas penyakit jantung, variasi intensitas rasa sakit itu sendiri juga dapat mengecoh.
Sebagian penderita serangan jantung memang menyampaikan keluhan khas serangan jantung, yaitu sakit dada sebelah kiri bak terimpit benda berat.
Rasa sakit itu juga bisa menjalar ke lengan dan punggung.
Baca juga: Bagaimana Serangan Jantung yang Bisa Sebabkan Kematian?
Tapi pada kenyatannya, keluhan yang dialami sebagian penderita lain tidak begitu khas.
Sebagai contoh, rasa tidak enak di ulu hati yang disertai dengan keringat dingin atau rasa tercekik di leher.
Serangan jantung atau dalam terminologi medis dikenal sebagai infark miokard akut (IMA) adalah penyakit akibat peradangan.
Proses peradangan tersebut bukan hanya terjadi secara lokal di jantung, tetapi juga secara sistemik.
Kondisi itu dapat dibuktikan dengan temuan adanya beberapa tanda peradangan yang berkeliaran di dalam pembuluh darah, seperti peningkatan jumlah leukosit dan kehadiran C-reactive protein (CPR).
Baca juga: 10 Penyebab Serangan Jantung yang Kerap Disepelekan
Peradangan itulah yang akhirnya membuat penderita serangan jantung mungkin akan merasa:
Semua gejala tersebut diketahui kerap ditafsirkan oleh orang awam sebagai gejala masuk angin atau angin duduk.
Karena menduga itu, mereka kemudian mengakses pengobatan sederhana, seperti minta kerokan atau hanya minum obat pereda rasa sakit.
Padahal, orang-orang tersebut seyogyanya membutuhkan penanganan medis lebih serius.
Jadi, penderita gejala masuk angin atau angin duduk harus ditangani dengan penuh kewaspadaan, terutama bagi mereka yang memiliki faktor risiko penyakit jantung koroner (PJK).
Bisa jadi, gejala yang mereka rasakan justru adalah pertanda angin (oksigen) yang hendak masuk ke jantung terhambat akibat penyumbatan pembuluh koroner.
Baca juga: Diawali Nyeri Dada, Ini Beda Gejala pada GERD dan Serangan Jantung
Kondisi inilah yang kiranya bisa dipahami atau dianggap sebagai "masuk angin" yang dapat mematikan.
Dalam buku Agar Jantung Sehat (2010) karya Pangkalan Ide, dijelaskan juga bahwa gejala PJK bisa sama persis seperti orang yang mengeluh masuk angin.
Secara umum, orang yang menderita PJK juga menunjukkan gejala lemas, nyeri di dada kiri yang bisa menjalar ke lengan kiri dan leher serta diseriati kembung di perut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.