KOMPAS.com - Jumlah denyut nadi antara satu orang dengan orang lainnya bisa berbeda-beda.
Hal itu sangat bergantung pada aktivitas fisik yang sedang dikerjakan maupun kondisi kesehatan masing-masing dari mereka.
Namun bisa dipahami, jumlah denyut nadi normal pada orang dewasa, yakni rata-rata mencapai 60-90 kali per menit.
Baca juga: 4 Jenis Olahraga untuk Atasi Perut Buncit, Menurut Saran Dokter
Saat olahraga, detak jantung tersebut biasanya akan menjadi lebih cepat.
Dalam kondisi itu, siapa saja dianjurkan untuk rajin menghitung denyut nadi.
Hal tersebut berguna untuk mengetahui efektifitas olahraga bagi kesehatan jantung, termasuk juga batas aman agar seseorang terhindar dari kondisi berbahaya seperti serangan jantung.
Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga, dr. Michael Triangto, Sp.KO, membagikan cara menghitung jumlah denyut nadi maksimal bagi seseorang yang bukan profesional saat melakukan aktivitas fisik.
Rumusnya, yakni 220 dikurangi usia dalam tahun, kemudian hasilnya dikalikan 80 persen.
Sebagai contoh, seseorang yang masih berusia 20 tahun dianjurkan untuk tidak melakukan olahraga berat yang bisa memicu denyut nadi melebihi angka 160 kali per menit.
160 kali per menit merupakan hasil penghitungan dari 220 dikurangi 20 tahun dan hasilnya dikalikan 80 persen.
Sementara, agar olahraga tersebut bermanfaat bagi kesehatan jantung, hasil penghitungan 220 dikurangi usia dalam tahun, yakni harus melebihi 50 persen.
Misalnya, mereka yang berusia 20 tahun disarankan melakukan olahraga yang dapat memicu denyut jantung hingga 100 kali per menit.
Baca juga: Bepe Pensiun, Dokter Ingatkan Bahaya Obesitas dan Gangguan Jantung
Angka itu dikasilkan dari penghitungan 220 dikurangi 20 tahun dan hasilnya dikalikan 50 persen.
"Jadi penting untuk menghitung denyut nadi selama berolahraga agar tidak keblabasan," kata Dokter Michael saat diwawancara Kompas.com, Rabu (19/2/2020).
Sementara bagi para profesional atau yang mengejar prestasi, menurut dia, hasil penghitungan 220 dikurangi usia dalam tahun boleh saja dikalikan 70 - 100 persen. Hal itu dikarenakan otot jantung mereka cenderung sudah terlatih.
Dokter Michael, menyampaikan olahraga memang bak pisau bermata dua. Maksudnya, olahraga bisa menyehatkan dan bisa juga mematikan.
Jika dilakukan dengan benar sesuai aturan maupun rekomendasi dokter, olahraga diyakini dapat menyehatkan tubuh bagi siapa saja yang melakukannya.
Baca juga: Kenali 11 Tanda Seseorang Mungkin Akan Meninggal Dunia
Namun, jika salah sedikit saja dalam melakukannya, bisa juga olahraga berubah membahayakan kehidupan.
"Jantung itu central, bisa menentukan hidup mati seseorang. Jadi wajar saja jika denyut jantung jadi ukuran sehat," jelas pemilik Slim + Health Sports Therapy di Kebon Jeruk, Jakarta Barat itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.