KOMPAS.com – Penyakit rematik adalah peradangan sendi kronis yang disebabkan oleh gangguan autoimun.
Gangguan antoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap penyusup, seperti virus, bakteri, dan jamur keliru menyerang sel dan jaringan tubuh sendiri.
Dalam bahasa medis, rematik disebut sebagai Rheumatoid arthritis (RA).
Selain rematik, ada beberapa gangguan autoimum lain yang bisa terjadi, seperti penyakit lupus, multiple sclerosis, dan termasuk diabetes tipe 1.
Baca juga: Jangan Keliru, Ini Beda Penyakit Rematik dan Asam Urat
Melansir Mayo Clinic, pada rematik, sistem imun gagal membedakan jaringan sendiri dengan benda asing, sehingga menyerang jaringan tubuh sendiri khususnya jaringan sinovium.
Jaringan sinovium adalah selaput tipis yang mengelilingi atau melapisi sendi.
Alhasil, gangguan autoimun pada penyakit rematik dapat menyebabkan sendi bengkak, nyeri, meradang, rusak, kehilangan fungsi, dan bisa cacat.
Rematik dapat menyerang hampir semua sendi pada tubuh, tetapi yang paling sering terserang adalah sendi di pergelangan tangan, buku-buku jari, lutut, dan pergelangan kaki.
Sendi lain yang bisa jadi diserang adalah tulang belakang, pinggul, leher, bahu, rahang, dan termasuk sambungan antarulang sangat kecil di telinga bagian dalam.
Berbeda dengan radang sendi osteoarthritis, serangan rematik biasanya simetris, yakni menyerang sendi yang sama di kedua sisi tubuh.
Artinya, jika kaki kanan mengalami nyeri, biaanya akan terjadi juga di kaki kiri, dan sebaliknya.
Sementara, osteoarthritis biasanya terbatas menyerang pada salah satu sendi saja.
Baca juga: Benarkah Mandi Malam Sebabkan Rematik?
Melansir Buku Tetap Sehat Setelah Usia 40 (2020) oleh dr. Salma, gejala rematik terjadi bervariasai pada setiap orang. Namun, ada beberapa gejala rematik yang bisa dikenali dan harus diwaspadai.
Berikut ini gejala rematik yang paling umum terjadi:
1. Kekakuan sendi di pagi hari