KOMPAS.com - Popularitas makanan organik beberapa tahun belakangan terus meningkat. Hal ini seiring dengan kesadaran untuk hidup sehat dengan mengubah gaya hidup dan pola makan.
Makanan organik sendiri adalah bahan pangan yang ditanam tanpa sebagian besar pupuk dan pestisida sintetis. Sedangkan untuk produk hewani adalah yang bebas antibiotik dan hormon.
Tren konsumsi makanan organik membuat swalayan dan rumah makan menawarkan jenis makanan ini sebagai pengalaman yang baru.
Baca juga: 7 Bahan Masker Organik untuk Menghilangkan Bekas Jerawat
Meski memiliki harga yang lebih mahal, makanan organik sering dinilai lebih bergizi dan lebih aman dibanding bahan pangan reguler.
Namun, pertanyaannya, benarkah makanan organik lebih sehat?
Dilansir dari health.ucdavis.edu, makanan organik tidak lebih sehat dalam hal nutrisi.
Ini artinya, Anda masih bisa mendapatkan berbagai manfaat kesehatan yang sama dengan bahan pangan reguler.
Hal serupa juga diungkapkan oleh David Klurfeld, PhD, ketua departemen Ilmu Gizi dan Pangan di Wayne State University AS.
"Sangat sedikit informasi tentang hasil kesehatan aktual dengan mengonsumsi produk pangan organik," kata Klurfeld dikutip dari Web MD.
"Kami tidak cukup tahu untuk mengatakan bahwa yang satu (makanan organik) lebih baik dari yang lain," sambungnya.
Meski tidak terbukti lebih baik secara nutrisi, tapi ada pendapat bahwa konsumsi makanan organik jauh lebih aman dibanding bahan pangan reguler.
Hal ini terkait dengan penggunaan pestisida dan pupuk sintetis.
"Jika Anda berbicara tentang pestisida, buktinya cukup meyakinkan (makanan organik lebih aman). Peluang Anda mendapatkan residu pestisida jauh lebih sedikit dalam makanan organik," kata John Reganold, profesor ilmu tanah di Washington State University.
Baca juga: 19 Makanan yang Baik untuk Kesehatan Paru-paru
Menurut data Departemen Pertanian AS (USDA), makanan organik memiliki lebih sedikit residu pestisida dibanding produk yang ditanam secara konvensional.
Keuntungan dari jumlah residu yang lebih sedikit dalam pangan organik ini adalah menurunkan risiko terkait gangguan perkembangan saraf dan kanker.