Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/11/2020, 19:29 WIB
Mahardini Nur Afifah

Penulis

KOMPAS.com - Hubungan beracun atau toxic relationship adalah relasi yang membuat salah satu pihak merasa tidak didukung, direndahkan, atau diserang.

Bentuk tindakan negatif yang bisa menggerogoti kesehatan mental seseorang ini bisa berupa serangan fisik, psikologis, atau emosional.

Hubungan toksik bisa dialami pasangan, antarteman, rekan kerja, sampai keluarga.

Baca juga: Kenali Apa itu Toxic Relationship, Tanda Hubungan Sudah Tak Sehat

Ciri-ciri Toxic Relationship dan Penyebabnya

Tanda hubungan beracun tidak selalu berupa kekerasan fisik atau caci maki.

Di banyak kasus, toxic relationship bisa terlihat samar namun lambat laut membuat seseorang kehilangan jati dirinya.

Dilansir dari laman resmi Mental Health, suatu hubungan dikatakan mengarah pada ciri-ciri toxic relationship apabila:

  • Anda merasa tidak cukup baik, segala sesuatu yang dilakukan salah, sampai harus mencari pengakuan orang lain
  • Anda tidak bisa jadi diri sendiri, kerap takut salah, sehingga harus berhati-hati dalam bertindak atau berperilaku
  • Harga diri kerap dijatuhkan
  • Anda jadi biang segala persoalan dan kerap disalahkan
  • Anda mulai menarik diri dari suatu kegiatan atau lingkup sosial karena takut atau khawatir

Baca juga: Apa itu Cemburu?

Penyebab seseorang melakukan toxic relationship terhadap pasangan, teman, atau anggota keluarganya bisa dilatari banyak hal.

Melansir Time, toxic relationship bisa disebabkan masa lalu atau latar belakang seseorang yang dibesarkan dengan kondisi minim kasih sayang.

Penyebab toxic relationship juga dapat berasal dari pengalaman masa lalu yang pernah mendapatkan perundungan.

Atau, bisa juga karena seseorang punya masalah gangguan mental seperti depresi dan kecemasan yang tidak tertangani.

Kadang kala, hubungan beracun juga bisa muncul dari pasangan yang sifatnya timpang. Misalkan salah satunya tipe pengontrol, sedangkan pihak lainnya pengalah.

Baca juga: Apa Itu Me Time dan Arti Pentingnya bagi Kesehatan Mental?

Cara keluar dari toxic relationship

Ilustrasi pasanganshutterstock Ilustrasi pasangan
Ketika sudah masuk dalam suatu toxic relationship, banyak orang tidak berkutik atau sulit keluar dari situasi sulit tersebut karena berbagai pertimbangan.

Kabar baiknya, hubungan beracun ini sebenarnya bisa diperbaiki, asalkan ada komitmen dari kedua belah pihak untuk mengatasinya.

Melansir Verywell Mind, berikut beberapa cara keluar dari toxic relationship:

  1. Bicarakan dengan orang yang bersangkutan tentang apa yang Anda rasakan dan sampaikan keberatan Anda, selalu gunakan pernyataan "saya merasa" agar pihak lain tidak defensif
  2. Setelah terbuka, coba diskusikan apa yang Anda rasakan tersebut sebagai masalah, lalu sampaikan Anda ingin mengubah kondisi toksik itu bersama-sama
  3. Jangan lupa untuk mengevaluasi hubungan, apakah sampai merusak harga diri dan kesehatan mental
  4. Batasi waktu bersama dengan orang yang membawa frustasi dan rasa tidak bahagia. Apabila tidak memungkinkan karena hubungan keluarga atau rekan kerja, sebisa mungkin batasi interaksi
  5. Segera sadari bahwa beberapa orang toksik tidak mau berubah, terutama jika punya gangguan keterampilan sosial
  6. Sebisa mungkin selalu membela diri sendiri tanpa terlibat konflik terbuka ketika berada di situasi sulit

Baca juga: Apa itu Self Love?

Apabila beberapa cara keluar dari toxic relationship di atas sudah dijajal tapi tidak ada tanda-tanda kondisinya membaik, bahkan semakin parah, saatnya minta bantuan orang lain.

Dukungan tambahan ini bisa datang dari tenaga profesional atau terapis yang ahli menangani masalah interpersonal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com