KOMPAS.com - Nyeri leher merupakan kondisi ketika otot-otot di leher tidak dapat rileks sehingga dapat menyebabkan nyeri, kejang otot, dan sakit kepala.
Kondisi ini memiliki banyak kemungkinan penyebab, mulai dari masalah sendi hingga saraf yang meradang.
Tergantung pada penyebab yang mendasarinya, orang dapat mengalami berbagai jenis nyeri leher, yang dapat disertai dengan gejala yang berbeda.
Penelitian berjudul “The prevalence of neck pain in the world population: a systematic critical review of the literature” menunjukkan bahwa sebanyak 71 persen orang dewasa di seluruh dunia mengalami sakit leher di beberapa titik dalam hidup mereka.
Merangkum dari Medical News Today, otak mengirimkan sinyal listrik, atau impuls saraf, untuk memicu gerakan otot.
Baca juga: 6 Minuman Penurun Kolesterol
Otot dapat berkontraksi atau berelaksasi, tergantung pada pesan yang diterima dari otak.
Ketegangan otot terjadi ketika otot tetap berkontraksi meskipun menerima sinyal dari otak yang menyuruhnya untuk rileks.
Jika otot tetap berkontraksi terlalu lama, itu bisa menyebabkan rasa sakit.
Orang dapat mengalami nyeri leher karena berbagai alasan.
Penyebab umum nyeri leher meliputi beberapa hal berikut.
Postur tubuh yang buruk dapat mempengaruhi otot leher.
Orang-orang yang mendapati diri mereka membungkuk di depan komputer atau membungkuk di kursi sepanjang hari mungkin akan merasakan nyeri leher setelah beberapa saat.
Sebuah studi berjudul “Correlation between rounded shoulder posture, neck disability indices, and degree of forward head posture” yang melibatkan 126 mahasiswa menemukan korelasi antara posisi kepala ke depan dan peningkatan nyeri leher dan kecacatan.
Baca juga: Kabar Bahagia, 2 Jenis Makanan Tinggi Kolesterol Ini Aman Dikonsumsi
Postur tubuh yang buruk dapat menyebabkan berat kepala bergeser ke depan dan menjauh dari pusat tubuh, memaksa otot leher bekerja lebih keras untuk menopang kepala.
Membungkuk di depan komputer tidak hanya menggerakkan kepala ke depan tetapi juga memaksa leher untuk menekuk dengannya.