Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

6 Penyebab Nyeri Leher

KOMPAS.com - Nyeri leher merupakan kondisi ketika otot-otot di leher tidak dapat rileks sehingga dapat menyebabkan nyeri, kejang otot, dan sakit kepala.

Kondisi ini memiliki banyak kemungkinan penyebab, mulai dari masalah sendi hingga saraf yang meradang.

Tergantung pada penyebab yang mendasarinya, orang dapat mengalami berbagai jenis nyeri leher, yang dapat disertai dengan gejala yang berbeda.

Penelitian berjudul “The prevalence of neck pain in the world population: a systematic critical review of the literature” menunjukkan bahwa sebanyak 71 persen orang dewasa di seluruh dunia mengalami sakit leher di beberapa titik dalam hidup mereka.

Merangkum dari Medical News Today, otak mengirimkan sinyal listrik, atau impuls saraf, untuk memicu gerakan otot.

Otot dapat berkontraksi atau berelaksasi, tergantung pada pesan yang diterima dari otak.

Ketegangan otot terjadi ketika otot tetap berkontraksi meskipun menerima sinyal dari otak yang menyuruhnya untuk rileks.

Jika otot tetap berkontraksi terlalu lama, itu bisa menyebabkan rasa sakit.

Orang dapat mengalami nyeri leher karena berbagai alasan.

Penyebab umum nyeri leher meliputi beberapa hal berikut.

1. Postur tubuh yang buruk

Postur tubuh yang buruk dapat mempengaruhi otot leher.

Orang-orang yang mendapati diri mereka membungkuk di depan komputer atau membungkuk di kursi sepanjang hari mungkin akan merasakan nyeri leher setelah beberapa saat.

Sebuah studi berjudul “Correlation between rounded shoulder posture, neck disability indices, and degree of forward head posture” yang melibatkan 126 mahasiswa menemukan korelasi antara posisi kepala ke depan dan peningkatan nyeri leher dan kecacatan.

Postur tubuh yang buruk dapat menyebabkan berat kepala bergeser ke depan dan menjauh dari pusat tubuh, memaksa otot leher bekerja lebih keras untuk menopang kepala.

Membungkuk di depan komputer tidak hanya menggerakkan kepala ke depan tetapi juga memaksa leher untuk menekuk dengannya.

Membungkuk ini dapat meregangkan otot-otot di bagian belakang leher, mengakibatkan rasa sakit dan peradangan .

2. Tidur dengan posisi yang salah

Posisi tidur dapat memengaruhi postur tubuh seseorang.

Orang yang tidur tengkurap cenderung mengistirahatkan satu sisi wajah mereka di atas bantal. Melakukan hal ini dapat meregangkan otot-otot di sisi leher itu secara berlebihan.

Tidur dengan bantal besar dapat mengangkat kepala terlalu tinggi, memaksa leher untuk membungkuk ke depan.

Tetap dalam posisi ini sepanjang malam dapat menyebabkan nyeri leher keesokan paginya.

3. Gerakan leher berulang

Orang yang melakukan gerakan berulang sepanjang hari dapat mengalami gangguan gerakan berulang.

Sementara gangguan ini biasanya terjadi di tangan, pergelangan tangan, dan bahu, mereka juga dapat mempengaruhi leher, menurut National Institute of Neurological Disorders and Stroke.

Tanpa pengobatan, gangguan gerakan berulang dapat menyebabkan rasa sakit, pembengkakan, dan bahkan kerusakan jaringan permanen.

4. Menggertakkan gigi

Bruxism adalah suatu kondisi ketika seseorang menggeretakkan atau mengatupkan gigi mereka saat mereka tidur.

Menggertakkan atau mengatupkan gigi memberi tekanan pada otot-otot di rahang dan leher, yang dapat menyebabkan leher tegang, nyeri, dan sakit kepala .

5. Cedera

Seseorang dapat melukai otot-otot di lehernya jika mereka mengangkat beban berat atau mengalami whiplash akibat kecelakaan mobil.

Jenis cedera ini dapat menyebabkan ketegangan otot ringan hingga berat, yang mungkin memerlukan perawatan medis atau terapi fisik.

Strain otot yang tidak diobati dapat menyebabkan nyeri leher yang persisten dan bahkan kerusakan permanen yang mengurangi rentang gerak dan fleksibilitas di leher.

6. Stres

Stres memiliki efek yang kuat pada seluruh tubuh.

Ketika otak merasakan stres, itu menandakan pelepasan beberapa hormon, seperti kortisol dan epinefrin.

Hormon-hormon ini meningkatkan detak jantung dan tekanan darah, serta mengencangkan otot.

Ketika seseorang mengalami stres secara teratur, otot-otot mereka tetap tegang dan berkontraksi untuk waktu yang lebih lama, yang dapat menyebabkan nyeri leher dan bahu.

Menurut sebuah studi tahun 2017 berjudul “Level of physical activity, well-being, stress and self-rated health in persons with migraine and co-existing tension-type headache and neck pain” yang melibatkan 148 orang dengan migrain, hampir 67 persen dari peserta juga mengalami sakit kepala tipe tegang dan sakit leher.

Orang-orang ini juga melaporkan tingkat stres yang lebih tinggi, terlibat dalam aktivitas fisik yang lebih sedikit, dan menilai kesehatan mereka buruk.

https://health.kompas.com/read/2021/06/25/150000068/6-penyebab-nyeri-leher

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke